Pages

Subscribe:

W E L C O M E

W  E  L  C  O  M  E

Labels

Dunia Kampus

Selasa, 01 November 2011

Makalah Obesitas


                                                                                                       
PENYUSUN :
KELOMPOK 9
No,
NAMA
KELAS
STAMBUK
1
Iis ikayani
W.5
1412090187
2
Asmiratul
W.5
1412090192
3
Selmi
W.5
1412090
4
Fitri Ainun
W.5
1412090
5
Hariaty Burhan
W.6
1412090251
6
Rinda Mirnawati
W.6
1412090
7
Wa Musni Lamaru
W.6
1412090467
8
Lia Hijriani
W.6
1412090263


















KATA PENGANTAR


Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puja dan puji syukur kami haturkan kepada Allah SWT, karena atas berkat, rahmat, taufik, hidayah, serta inayah-Nya lah sehingga kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah Ekologi Gizi dengan judul “Obesitas” sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Makalah ini disusun sebagai syarat melengkapi tugas  Ekologi Gizi Semester IV tahun ajaran 2011. Dalam penyusunan makalah ini, penulis telah banyak mendapat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1.    Ibu Sumiaty,SKM.M. selaku dosen pengajar Ekologi Gizi
2.    Pihak-pihak yang secara langsung ataupun tidak langsung telah membantu dalam penyusunan tugas makalah ini.
Penulis mengaku bahwa “tak ada gading yang tak retak”, oleh karena itu, sumbang saran dan kritik yang sifatnya membangun senantiasa saya harapkan demi perbaikan dan penyempurnaan. semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Akhirul kalam ... wabilahit taufiq wal hidayah war ridho wal inayah.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

       Makassar, 28 Mei 2011

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................      1
KATA PENGANTAR............................................................................................      3
DAFTAR ISI...........................................................................................................      4
BAB I      PENDAHULUAN.................................................................................      5
A.    Latar Belakang…………………………………………………...      5
B.    Rumusan Masalah………………………………………………......        9
C.    Tujuan………………………………………………………….....      9
BAB II     PEMBAHASAN....................................................................................      6
    A. HASIL………………………………………………………………..  10
                 B. PEMBAHASAN………..……………………………….................   13
                     1. Pengertian Obesitas…………………………………………….  13
                     2. Tipe-Tipe pada Obesitas……………………………………….   14
                     3. Gejala-gejala terjadinya Obesitas……………………………..   15
                     4. Faktor Penyebab terjadinya Obesitas…………………………  16
                     5. Cara Pengukuran Tingkat Obesitas…………………………… 20
                     6. Mekanisme Terjadinya Obesitas………………………………. 23
                     7. Hubungan Obesitas terhadap Penyakit Jantung Koroner…..  23
                     8. Cara Penanggulangan Obesitas………………………………. 25
                     9. Program Pemerintah……………………………………………. 29
BAB III    PENUTUP.............................................................................................   32
A.   Kesimpulan.....................................................................................    32
B.   Saran-saran....................................................................................    32
C.   Hambatan………………………………………………………….. 33
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….    34
LAMPIRAN……………………………………………………………………….. 35

BAB I
PENDAHULUAN
A.     LATAR BELAKANG
Obesitas merupakan suatu keadaan fisiologis akibat dari penimbunan lemak secara berlebihan di dalam tubuh. Saat ini gizi lebih dan obesitas merupakan epidemik di negara maju, seperti Inggris, Brasil, Singapura dan dengan cepat berkembang di negara berkembang, terutama populasi kepulauan Pasifik dan negara Asia tertentu. 
Prevalensi obesitas meningkat secara signifikan dalam beberapa dekade terakhir dan dianggap oleh banyak orang sebagai masalah kesehatan masyarakat yang utama (Lucy            A.        Bilaver,            2009).
WHO menyatakan bahwa obesitas telah menjadi masalah dunia. Data yang dikumpulkan dari seluruh dunia memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan prevalensi overweight dan obesitas pada 10-15 tahun terakhir, saat ini diperkirakan sebanyak lebih dari 100 juta penduduk dunia menderita obesitas. Angka ini akan semakin meningkat dengan cepat. Jika keadaan ini terus berlanjut maka pada tahun 2230 diperkirakan 100% penduduk dunia akan menjadi obes (Sayoga dalam Rahmawaty, 2004).
Panama dan Kuwait tercatat sebagai dua negara dengan prevalensi obesitas tertinggi di dunia, yakni sekitar 37%. Setelah itu Peru (32%) dan Amerika Serikat (31%). Di Brasil, kenaikan kasus obesitas terjadi pada anak-anak sebesar 239%.
Di Eropa, Inggris menjadi negara nomor satu dalam kasus obesitas pada anak-anak, dengan angka prevalensi 36%. Disusul oleh Spanyol, dengan prevalensi 27% berdasarkan       laporan          Tim            Obesitas        Internasional (Cybermed, 2003). 
Masalah obesitas meluas ke negara-negara berkembang: misalnya, di Thailand prevalensi obesitas pada 5-12 tahun anak-anak telah meningkat dari 12,2% menjadi 15,6% hanya dalam dua tahun (WHO, 2003). Tingkat prevalensi obesitas di Cina mencapai 7,1% di Beijing dan 8,3% di Shanghai pada tahun 2000 (WHO, 2000). Prevalensi obesitas anak-anak usia 6 hingga 11 tahun sudah lebih dari dua kali lipat sejak      tahun 1960-an         (WHO,            2003). Selain itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, pada tahun 2005, secara global ada sekitar 1,6 miliar orang dewasa yang kelebihan berat badan atau overweight dan 400 juta di antaranya dikategorikan obesitas. Pada Tahun 2015 diprediksi kasus obesitas akan meningkat dua kali lipat dari angka itu.
Obesitas di Indonesia sudah mulai dirasakan secara nasional dengan semakin meningginya angka kejadiannya. Selama ini, kegemukan di Indonesia belum menjadi sorotan karena masih disibukkan masalah anak yang kekurangan gizi. Meskipun obesitas di Indonesia belum mendapat perhatian khusus, namun kini sudah saatnya Indonesia mulai melirik masalah obesitas pada anak. Jika dibiarkan, akan mengganggu sumber daya manusia (SDM) di kemudian     hari.
Prevalensi obesitas di Indonesia mengalami peningkatan mencapai tingkat yang membahayakan. Berdasarkan data SUSENAS tahun 2004 prevalensi obesitas pada anak telah mencapai 11%. Di Indonesia hingga tahun 2005 prevalensi gizi baik 68,48%, gizi kurang 28%, gizi buruk 88%, dan gizi lebih 3,4% (Data SUSENAS, 2005).
Sedangkan berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, prevalensi nasional obesitas umum pada penduduk berusia ≥ 15 tahun adalah 10,3% terdiri dari (laki-laki 13,9%, perempuan 23,8%). Sedangkan prevalensi berat badan berlebih anak-anak usia 6-14 tahun pada laki-laki 9,5% dan pada perempuan 6,4%. Angka ini hampir sama dengan estimasi WHO sebesar 10% pada anak usia 5-17 tahun. 
Menurut penelitian DR. Dr. Damayanti Rusli Sjarif, SpA(K) dari FKUI/RSCM bersama koleganya pada tahun 2002 melakukan penelitian di 10 kota-kota besar yaitu Medan, Padang, Palembang, Jakarta, Semarang, Solo, Jogkakarta, Surabaya, Denpasar, dan Manado dengan subyek siswa sekolah dasar. Hasilnya memperlihatkan prevalensi obesitas pada anak sebesar 17,75 persen di Medan, Padang 7,1 persen, Palembang 13,2 persen, Jakarta 25 persen, Semarang 24,3 persen, Solo 2,1 persen, Jogjakarta 4 persen, Surabaya 11,4 persen, Denpasar 11,7 persen, dan Manado 5,3 persen .
Menurut data Susenas tahun 1995 dan 1998 di Sulawesi Selatan. angka kegemukan cukup tinggi, yaitu dari 4,7% ke 6,22% dengan menggunakan indikator BB/U median baku WHO-NCHS. Hal ini menunjukkan jika masalah tersebut tidak segera diatasi, maka beban pemerintah khususnya Departemen Kesehatan akan semakin bertambah (Kanwil Depkes, 1998).
Sedangkan prevalensi obesitas pada kelompok umur 6-14 tahun berdasarkan Riskesdar 2007 di Sul-Sel terdapat 7,4% laki-laki dan 4,8% perempuan.
Obesitas sendiri sekarang dikenal sebagai ajang reuni berbagai macam penyakit. Salah satunya Penyakit jantung koroner (PJK) yang merupakan kelainan pada satu atau lebih pembuluh arteri koroner dimana terdapat penebalan dinding dalam pembuluh darah (intima) disertai adanya aterosklerosis yang akan mempersempit lumen arteri koroner dan akhirnya akan mengganggu aliran darah ke otot jantung sehingga terjadi kerusakan dan gangguan pada otot jantung.
Penyakit jantung koroner kerap diidentikkan dengan penyakit akibat “hidup enak”, yaitu terlalu banyak mengkonsumsi makanan mengandung lemak dan kolesterol. Hal ini semakin menjadi dengan kian membudayanya konsumsi makan siap saji alias junk food dalam kurun waktu satu dekade ini. Tak dapat dimungkiri, junk food telah menjadi bagian dari gaya hidup sebagian masyarakat di Indonesia.Lihat saja berbagai gerai yang terdapat di mal-mal, selalu penuh oleh pengunjung dengan beragam usia, dari kalangan anak-anak hingga dewasa.Padahal junk food banyak mengandung sodium, lemak jenuh dan kolesterol. Soium merupakan bagian dari garam. Bila tubuh terlalau banyak mengandung sodium,dapat meningkatkan aliran dan tekanan darah sehingga menyebabkan tekanan darah tinggi. Tekanan darah tinggi lah yang dapat berpengaruh munculnya gangguan penyakit jantung. Lemak jenuh berbahaya bagi tubuh karena merangsang hati untuk memproduksi bnnyak kolesterol yang juga berperan akan munculnya penyakit jantung. Karena kolesterol yang mengendap lama-kelamaan akan menghambat aliran darah dan oksigen sehingga menggangu metabolisme sel otot jantung.
Dalam hal ini akan diuraikan pada kajian ini tentang apa yang disebut obesitas,apa penyebabnya, bagaimana konsekwensi obesitas pada penyakit jantung koroner, dan bagaimana mengatasinya. Selain itu akan dibahas lebih lanjut mengenai hubungan obesitas terhadap kejadian Penyakit Jantung    Koroner          (PJK).

B.    RUMUSAN MASALAH
1.     Apa defenisi Obesitas?
2.     Apa saja tipe-tipe Obesitas?
3.     Apa gejala-gejala timbulnya Obesitas?
4.     Apa penyebab timbulnya Obesitas?
5.     Bagaimana cara pengukuran Obesitas?
6.     Bagaimana mekanisme terjadinya Obesitas?
7.     Bagaimana hubungan Obesitas terhadap penyakit Jantung Koroner?
8.     Bagaimana cara penanggulangan penyakit Obesitas?
9.     Apa program pemerintah dalam menurunkan angka penderita Obesitas?

C.    TUJUAN
1.     Untuk mengetahui apa defenisi dari obesitas.
2.     Untuk mengetahui apa-apa saja gejala timbul obesistas.
3.     Untuk mengetahui penyebab timbulnya obesitas.
4.     Untuk mengetahui Hubungan obesitas terhadap kejadian penyakit jantung koroner (PJK).
5.     Untuk mengetahui cara pencegahan dan pengobatan penyakit Obesitas
6.     Untuk mengetahui program pemerintah dalam upaya penurunan angka penderita Obesitas.


BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.     HASIL
Berdasarkan Data yang kami peroleh dari skripsi yang berjudul “Hubungan Obesitas dan Hipertensi dengan kejadian Penyakit Jantung Koroner” yang dilaksanakan di RSUP.DR Wahidin Sudirohusodo Makassar Tahun 2007 selama kurang lebih 1 bulan (21      Mei -21           Juni    2007).
Untuk mengetahui hubungan antara obesitas  terhadap kejadian penyakit jantung koroner (PJK). Jumlah pasien yang dijadikan sampel yaitu sebanyak 147 orang.Adapun hasil yang diperoleh,dapat diuraikan sebagai berikut :
a.     Umur
Distribusi responden menurut kelompok umur di RSUP.Dr wahidin Sudirohusodo Makassar periode mei-juni 2007




            Berdasarkan tabel diatas,menunjukkan bahwa responden sebagian besar berada pada kelompok umur 38 – 57 tahun dengan jumlah 101 orang (68,7%) dan sebagian kecil berada pada kelompok umur 18 – 37 tahun dengan jumlah 3 orang (2%).

b.     Jenis Kelamin
Distribusi responden menurut jenis kelamin di RSUP.DR Wahidin Sudirohusodo Makassar periode mei-juni 2007


            Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa responden sebahagian besar responden adalah kelompok dengan jenis kelamin laki-laki dengan jumlah 108 orang (73,5%) dan yang berjenis kelamin perempuan 39 orang (26,5%).
c.     Berat Badan
Distribusi responden menurut berat badan Di RSUP.DR Wahidin Sudirohusodo Makassar periode mei-juni 2007












            Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan bahwa responden memiliki berat badan terbanyak yaitu berat badan 60 kg 25 orang (17%) dan yang terendah 52 kg,53 kg, 71 kg,76 kg, 77 kg, dan 84 kg dengan masing-masing sebanyak 1 orang (0,7%).
d.     Tinggi Badan
Distribusi responden menurut tinggi badan di RSUP.Dr.Wahidin Sudirihusodo Makassar periode Mei-juni 2007






            Dari tabel diatas menunjukkan bahwa responden dengan tinggi badan yang terbanyak yaitu 160 cm sebanyak 32 orang (21,8 %) dan yang terendah 161 cm,168 cm, 173 cm masing-masing sebanyak 2 orang (1,4%).
e.     Indeks Massa Tubuh (IMT)
Distribusi responden menurut indeks massa tubuh (IMT) di RSUP.DR wahidin Sudirohusodo Makassar periode mei- juni 2007


            Berdasarkan tabel diatas,menunjukkan bahwa responden sebagian besar tergolong dalam klasifikasi kegemukan sebanyak 30 orang (20,41%) dan yang kurus sebanyak 2 orang (1,36%).
f.     Hubungan IMT (obesitas) dengan kejadian penyakit jantung koroner
Hubungan IMT (obesitas) dengan kejadian penyakit jantung koroner di RSUP. Dr Wahidin Sudirohusodo Makassar periode mei – juni 2007



            Dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 68 responden yang obesitas ditemukan 54 orang (79,4%) yang menderita PJK (penyakit jantung koroner),dan yang 14 orang (20,6%) tidak menderita PJK . Dengan demikian dapat diinterpretasikan bahwa terdapat hubungan antara obesitas terhadap kejadian penyakit jantung koroner (PKJ) di RSUP.Dr Wahidin Sudirohusodo Makassar tahun 2007.
B.    PEMBAHASAN
1.     Pengertian Obesitas
Obesitas atau kegemukan mempunyai pengertian yang berbeda-beda bagi setiap orang. Terkadang kita sering dibuat bingung dengan pengertian obesitas dan overweight, padahal kedua istilah tersebut mempunyai pengertian yang berbeda. Obesitas adalah suatu kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbunnya lemak, untuk pria dan wanita masing- masing melebihi 20% dan 25% dari berat tubuh dan dapat membahayakan kesehatan. Sementara overweight (kelebihan berat badan, kegemukan) adalah keadaan dimana Berat Badan seseorang melebihi Berat Badan normal.
Menurut WHO maupun NIH  1998, disebut sebagai Obesitas bila BMI (IMT) lebih dari normal. Untuk tepatnya  disebut sebagai Overweight bila BMI >25.0,  sedangkan preobese bila BMI  antara 25-29,9, Obese I bila BMI 30-34,9, Obese II BMI nya 35-39,9 dan Obese III  bila BMI nya melebihi 40.

Para dokter-dokter memiliki definisi tersendiri tentang obesitas, di antaranya yaitu:
·       Suatu kondisi dimana lemak tubuh berada dalam jumlah yang berlebihan
·       Suatu penyakit kronik yang dapat diobati
·       Suatu penyakit epidemik (mewabah)
·       Suatu kondisi yang berhubungan dengan penyakit-penyakit lain dan dapat    menurunkan kualitas hidup
·       Penanganan obesitas membutuhkan biaya perawatan yang sangat tinggi
2.     Tipe – Tipe pada Obesitas
Tipe pada obesitas dapat dibedakan menjadi 2 klasifikasi, yaitu Tipe obesitas berdasarkan bentuk tubuh dan Tipe obesitas berdasarkan keadaan sel lemak.
2.2.1   Tipe    Obesitas       Berdasarkan            Bentuk          Tubuh.
a.     Obesitas tipe      buah   apel    (Apple            Shape)
Type seperti ini biasanya terdapat pada pria. dimana lemak tertumpuk di sekitar perut. Resiko kesehatan pada tipe ini lebih tinggi dibandingkan dengan tipe    buah Pear   (Gynoid),
b.     Obesitas tipe      buah   pear    (Gynoid)
Tipe ini cenderung dimiliki oleh wanita, lemak yang ada disimpan di sekitar pinggul dan bokong. Resiko terhadap penyakit pada tipe gynoid umumnya kecil.
c.      Tipe         Ovid    (Bentuk          Kotak  Buah)
Ciri dari tipe ini adalah "besar di seluruh bagian badan". Tipe Ovid umumnya terdapat pada orang-orang yang gemuk secara genetik.
2.2.2   Tipe    Obesitas       Berdasarkan            Keadaan       Sel      Lemak
a.    Obesitas Tipe    Hyperplastik
Obesitas terjadi karena jumlah sel lemak yang lebih banyak dibandingkan keadaan normal.
b.    Obesitas Tipe    Hypertropik
Obesitas terjadi karena ukuran sel lemak menjadi lebih besar dibandingkan keadaan normal,tetapi jumlah sel tidak bertambah banyak dari normal.
c.    Obesitas Tipe    Hyperplastik  Dan    Hypertropik
Obesitas terjadi karena jumlah dan ukuran sel lemak melebihi normal. Pembentukan sel lemak baru terjadi segera setelah derajat hypertropi mencapai maksimal dengan perantaraan suatu sinyal yang dikeluarkan oleh sel       lemak  yang mengalami     hypertropik.
3.      Gejala – Gejala Terjadinya Obesitas
Penimbunan lemak yang berlebihan dibawah diafragma dan di dalam dinding dada bisa menekan paru-paru, sehingga timbul gangguan pernafasan dan sesak nafas, meskipun penderita hanya melakukan aktivitas yang ringan. Gangguan pernafasan bisa terjadi pada saat tidur dan menyebabkan terhentinya pernafasan untuk sementara waktu (tidur apneu),      sehingga pada siang hari penderita sering merasa ngantuk.
Obesitas bisa menyebabkan berbagai masalah ortopedik, termasuk nyeri punggung bawah dan memperburuk osteoartritis (terutama di daerah pinggul, lutut dan pergelangan    kaki).   Juga   kadang            sering ditemukan     kelainan        kulit.
Seseorang yang menderita obesitas memiliki permukaan tubuh yang relatif lebih sempit dibandingkan dengan berat badannya, sehingga panas tubuh tidak dapat dibuang secara efisien dan mengeluarkan keringat yang lebih banyak. Sering ditemukan edema (pembengkakan akibat penimbunan sejumlah cairan) di daerah tungkai dan pergelangan kaki.
4.      Faktor-Faktor   Penyebab     Terjadinya    Obesitas
Secara ilmiah, obesitas terjadi akibat mengkonsumsi kalori lebih banyak dari yang diperlukan oleh tubuh. Penyebab terjadinya ketidakseimbangan antara asupan dan pembakaran  kalori  ini            masih belum jelas.
Terjadinya     obesitas         melibatkan    beberapa       faktor  :
a.     Faktor      Makanan
Jika seseorang mengkonsumsi makanan dengan kandungan energi sesuai yang dibutuhkan tubuh, maka tidak ada energi yang disimpan.sebaliknya jika mengkonsumsi makanan dengan energi melebihi yang dibutuhkan tubuh, maka kelebihan energi akan disimpan, Sebagai cadangan energi terutama sebagai lemak seperti    telah   diuraikan       diatas.
 Seiring berkembangnya dunia modernisasi,masyarakat secara tidak sadar cenderung lebih mengkonsumsi makanan berkalori tinggi,seperti makanan cepat saji,makanan yang dibakar dan kudapan yang memiliki andil dalam peningkatan berat badan. Meningkatnya jumlah junk food yang masuk ke pasar Indonesia pun memunculkan fenomena baru, yaitu obesitas atau berat badan berlebih.Makanan siap saji banyak dipilih masyarakat umumnya mahasiswa dan pegawai kantoran. Makanan siap saji kandungan lemaknya sangat tinggi, begitu pula kandungan kalorinya. Sementara kandungan nutrisi yang menyehatkan, nyaris tidak ada.Selain itu, jajanan gorengan,makanan jenis ini kurang baik bagi kesehatan karena umumnya digoreng dengan minyak yang tidak diganti setiap kali menggoreng. Masih banyak lagi,seperti : daging olahan,es krim,permen dan minuman bersoda.
Jika dihubungkan dengan makanan,Sesuai dengan contoh penelitian yang kami gunakan yaitu di RSUP.DR Wahidin Sudirohusodo Makassar tentunya kita menghubungkan dengan makanan yang dikonsumsi orang Sulawesi (Makanan Khas Sulawesi Selatan)  yang banyak mengandung lemak dan kalori tinggi. Contohnya : Di Makassar, coto dapat ditemui di banyak tempat. Di jalan besar, kawasan pertokoan, kawasan perumahan, pasar, bahkan di gang-gang kecil pun banyak warung yang menjajakan makanan yang selalu disajikan di dalam mangkuk kecil dan disantap bersama ketupat atau nasi. Coto Makassar ini terbuat dari daging atau jeroan,untuk itu yang berpotensi terserang kolesterol adalah orang yang suka mengonsumsi coto secara berlebihan. Selain itu keripik kentang ,penjual keripik kentang sangat mudah ditemukan di Kota ini. Makanan jenis ini kurang baik bagi kesehatan karena umumnya digoreng dengan minyak yang tidak diganti setiap kali menggoreng


b. Faktor    Keturunan
           Penelitian pada manusia maupun hewan menunjukan bahwa obesitas terjadi karena  faktor                   interaksi  gen     dan     lingkungan.
Dari hasil penelitian gizi di Amerika Serikat, dilaporkan bahwa anak-anak dari orangtua normal mempunyai 10% peluang menjadi gemuk. Peluang itu akan bertambah menjadi 40-50% bila salah satu orangtua menderita obesitas dan akan meningkat menjadi 70-80% bila kedua orangtua menyandang obesitas. Oleh karena itu, bayi yang lahir dari orangtua yang tambun akan mempunyai kecenderungan menjadi gemuk.

c. Faktor Hormon
            Menurunya hormon tyroid dalam tubuh akibat menurunnya fungsi kelenjar tyroid akan mempengaruhi metabolisme dimana kemampuan menggunakan energy            akan berkurang.
Pada perempuan yang sedang mengalami menopause dapat terjadi penurunan fungsi hormon thyroid. Kemampuan untuk menggunakan energi akan berkurang dengan menurunnya fungsi hormon ini. Hal tersebut terlihat dengan menurunnya metabolisme tubuh sehingga menyebabkan kegemukan.

d.  Faktor Psikologis
              Faktor psikologis ini dapat mempengaruhi kebiasaan makan. Sebagian orang makan lebih banyak sebagai respon terhadap keadaan mood negatif seperti sedih, bosan, atau marah. Sebagian lagi mungkin mengalami gangguan makan seperti dorongan makan yang kurang terkendali (binge eating) walaupun sudah kenyang, atau kebiasaan ngemil yang sulit dihentikan. Orang-orang seperti ini sangat berisiko terhadap kegemukan, dan perlu mendapatkan perlakuan khusus, seperti konseling atau terapi         psikologi     lainnya

e. Gaya          Hidup (Life Style)     yang   Kurang           Tepat
              
Peningkatan obesitas dari tahun ke tahun ditengarai sebagai akibat dari perubahan gaya hidup Kemajuan sosial ekonomi, teknologi dan informasi yang global telah menyebabkan perubahan gaya hidup yang meliputi pola pikir dan sikap, yang terlihat dari    pola    kebiasaan     makan            dan            beraktifitas     fisik. Perubahan  pasar modern telah memacu perubahan gaya hidup. Penelitian Setyaningrum (2007) memperlihatkan bahwa 43,4% responden remaja usia pubertas sering mengkonsumsi makanan siap saji. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara konsumsi makanan cepat saji dengan kejadian obesitas. Selain itu Kemajuan teknologi, seperti adanya kendaraan bermotor, lift, dan lain sebagainya dapat memicu terjadinya obesitas karena kurangnya aktifitas fisik yang dilakukan oleh sesorang. Gaya hidup yang seperti ini yang meningkatkan risiko obesitas.

f. Pemakaian Obat-Obatan
              Efek samping beberapa obat dapat menyebabkan meningkatnya berat badan, misalnya obat            kontrasepsi.
Obat-obatan seperti steroid, anti depresi, anti psychotics dan anti epileptic bisa menstimulasi nafsu makan. Selain itu obat tekanan darah tinggi, penyakit jantung dan pil kontrasepsi pun bisa menyebabkan berat badan bertambah

5.      Cara Pengukuran tingkat obesitas
A.    Pengukuran Secara   Antropometrik
1. Body Mass   Index  (BMI)
Body Mass Index (BMI) adalah sebuah ukuran “berat terhadap tinggi” badan yang umum digunakan untuk menggolongkan orang dewasa ke dalam kategori Underweight (kekurangan berat badan), Overweight (kelebihan berat badan) dan Obesitas (kegemukan). Rumus atau cara menghitung BMI, yaitu BMI (Body Mass Index), yang didapat dengan cara membagi berat badan (kg) dengan kuadrat dari tinggi badan (meter). Nilai BMI yang didapat tidak tergantung pada umur dan jenis kelamin.
Klasifikasi BMI menurut WHO (1998)




2.RLPP    (rasio       lingkar     pinggang        dan     pinggul)
Untuk menilai timbunan lemak perut dapat digunakan cara lain, yaitu dengan mengukur rasio lingkar pinggang dan pinggul (RLPP) atau mengukur lingkar pinggang (LP).Rumus yang digunakan cukup sederhana  Sebagai patokan lihat tabel dibawah ini :


Pinggang berukuran ≥ 90 cm merupakan tanda bahaya bagi pria, sedangkan untuk wanita risiko tersebut meningkat bila lingkar pinggang berukuran ≥ 80 cm. Jadi “Jangan hanya menghitung tinggi badan, berat badan dan IMT saja, lebih baik jika disertai dengan mengukur lingkar pinggang”.
3.  Indeks   BROCCA
Satu cara lain untuk mengukur obesitas adalah dengan menggunakan indeks Brocca, dengan      rumus    sebagai berikut:
Bila  hasilnya:
90-110%    =      Berat    badan  normal
110-120%   =      Kelebihan        berat  badan  (Overweight)
>120%       =      Kegemukan      (Obesitas)
B.Pengukuran   Secara  Laboratorik
1. BOD POD
          BOD POD merupakan salah satu alat untuk mengukur lemak dalam tubuh, yaitu berupa ruang berbentuk telur yang telah dikomputerisasi. Setelah seseorang memasuki BOD POD, jumlah udara yang tersisa digunakan untuk mengukur lemak tubuh
2.DEXA(dual     energy  X-ray  absorptiometry)
          Dual energy X-ray absoprtiometri adalah salah satu cara menentukan umla dan lokasi lemak dalam tubuh yaitu dengan cara menyerupai skening tulang. Sinar X digunakan untuk menentukan jumlah dan lokasi dari lemak tubuh.
3. Bioelectric Impedance Analysis (analisa tahanan bioelektrik)
          BIA ini juga merupakan salah satu cara pengukuran obesitas yaitu dengan cara penderita berdiri di atas skala khusus dan sejumlah arus listrik yang tidak berbahaya dialirkan ke seluruh tubuh lalu dianalisa.
6.      Mekanisme Terjadinya Obesitas
Obesitas terjadi karena energi intake lebih besar dari energi expenditure. Apapun penyebabnya, yang menjadikan seseorang obesitas pada dasarnya adalah energi intake atau masukan yang didapat dari makanan atau lainnya lebih besar dibandingkan energi expenditure atau energi yang dikeluarkan.

7.      Hubungan Obesitas terhadap Penyakit Jantung Koroner (PJK)
Obesitas adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan adanya kelebihan berat badan. Kata obesitas berasal dari bahasa latin yang berarti makan berlebihan. Obesitas merupakan masalah yang kompleks, dengan penyebab yang bersifat multifaktorial. Obesitas adalah pintu masuknya berbagai macam penyakit, yang paling banyak            adalah            jantung          koroner          dan            stroke. Mereka yang mengalami obesitas cenderung menderita penyakit jantung, hipertensi, stroke, diabetes melitus, dan jenis kanker tertentu. Kematian yang disebabkan oleh penyakit-penyakit tersebut meningkat secara drastis terutama untuk body mass index di atas 30. 
Penyakit Jantung Koroner adalah penyempitan/penyumbatan (arteriosclerosis) pembuluh arteri koroner yang disebabkan oleh penumpukan dari zat-zat lemak (kolesterol, trigliserida) yang makin lama makin banyak dan menumpuk di bawah lapisan terdalam (endotelium) dari dinding pembuluh nadi.
Dengan tersumbatnya Arteri Koroner, maka hal ini akan mengurangi atau menghentikan aliran darah mensupply oksigen ke otot2 jantung, sehingga mengganggu kerja jantung sebagai pemompa darah. Dan bila sampai otot2 jantung kekurangan supply darah maka jantung akan menjadi lemah dan tidak dapat menyediakan darah ke seluruh bagian tubuh.
Berdasarkan data pada penelitian ini,bahwa dari 68 responden yang obesitas ditemukan 54 orang (79,4%) yang menderita PJK (Penyakit Jantung Koroner).Dengan demikian,dapat diinterpretasikan bahwa terdapat hubungan antara obesitas terhadap kejadian penyakit jantung koroner (PJK) di RSUP.DR Wahidin Sudirohusodo Makassar Tahun 2007.
Pemicu responden yang obesitas dikaitkan dengan gaya hidup ,asupan makanan, kurang aktifitas fisik, dan merokok .Walaupun belum bisa ditentukan apakah asupan makanan yang menyebabkan polimerfisme atau sebaliknya namun asupan makanan lemak dan karbohidrat dengan jumlah kalori berlebih potensial menyebabkan obesitas. Kondisi ini apabila berlangsung terus-menerus akan menyebabkan disfungsi sel lemak yang selanjutnya akan terjadi peningkatan penyakit kardiovaskuler.
Ditunjang dengan makanan khas Kota Makassar cenderung menyajikan makanan yang sarat akan kandungan lemak seperti: Coto Makassar,sop konro dan sop saudara. Dimana makanan khas ini sangat digemari warga Kota Makassar,makanan ini berupa sop berkuah dengan bahan-bahan dasar yang terdiri dari usus, hati, otak, daging sapi atau kuda, tulang rusuk sapi atau kerbau.Dari semua bahan makanan tersebut, merupakan pemicu kolesterol.
Peningkatan obesitas dari tahun ke tahun ditengarai sebagai akibat dari perubahan gaya hidup Kemajuan sosial ekonomi, teknologi dan informasi yang global telah menyebabkan perubahan gaya hidup yang meliputi pola pikir dan sikap, yang terlihat dari    pola    kebiasaan     makan            dan            beraktifitas     fisik. Perubahan  pasar modern telah memacu perubahan gaya hidup. Nampak jelas kehidupan modern yang terjadi di Kota Makassar yang sekarang menuju Kota dunia dilihat dari kecanggihan teknologi yang membuat masyarakatnya kurang beraktivitas serta menjamurnya makanan siap saji . Hidangan cepat saji yang kian menjamur mengakibatkan obesitas yang menimbulkan komplikasi lain seperti peningkatan kadar kolesterol, penyempitan pembuluh darah, peningkatan risiko penyakit jantung, dan kelebihan berat badan. Fast food juga menyebabkan kecanduan sehingga sulit menghilangkan kebiasaan menyantap makanan berminyak dan berlemak disertai minuman    karbonasi      (soft    drink).
Disimpulkan, konsumsi rutin fast food menyebabkan kondisi tubuh tidak sehat secara keseluruhan yakni malnutrisi, obesitas, peningkatan risiko serangan jantung dan hipertensi.  Jika sudah Obesitas,maka dengan mudah berbagai macam penyakit berdatangan salah satunya Penyakit Jantung Koroner (PJK). Selain itu pemicunya melalui obat-obatan,jika seseorang dalam kondisi sakit maka bermacam-macam obat dapat diberikan dengan maksud untuk penyembuhan. Ada beberapa obat yang dapat merangsang “pusat lapar” sehingga seorang pasien akan meningkat nafsu laparnya. Dalam keadaan penyembuhan yang cukup lama,penggunaan obat ini akan menyebabkan timbulnya obesitas.
Obesitas sendiri menyebabkan penyakit jantung koroner melalui berbagai cara, yaitu dengan cara perubahan lipid darah, yaitu peninggian kadar kolesterol darah, kadar LDL-kolesterol meningkat (kolesterol jahat, yaitu zat yang mempercepat penimbunan kolesterol pada dinding pembuluh darah), penurunan kadar HDL-kolesterol (kolesterol baik, yaitu zat yang mencegah terjadinya penimbunan kolesterol pada dinding pembuluh          darah)            dan     hipertensi.

8.      Cara-cara penanggulangan Obesitas
A.     Diet
Para ahli mengakui bahwa dengan diet yang benar, berarti kita telah memenangi separuh pertempuran menurunkan berat badan. Diet yang rendah kalori dan tinggi serat perlu diupayakan, disamping pembakaran yang teratur melalui olahraga setiap hari, sehingga tercapai balance yang negatif, pembakaran kalori lebih banyak daripada pemasukan. Diet ini hanya boleh diterapkan selama 12 minggu dengan pengawasan dokter. Pemberian diet cara ini mempunyai efek samping yaitu: terbentuknya batu empedu, diare, kekurangan protein, tekanan darah rendah.
Ada beberapa tips yang bisa kita pegang dalam berdiet:
1.  Jangan makan lebih. Bila perlu makanan kecil, cari snack rendah kalori seperti
Buah, atau    roti       gandum.
2.  Kurangi, hanya sejumlah kecil, asupan kalori per hari ( kurang lebih 600 kkal).
3. Bila anda memasak, hindari banyak mencicipi; pilih masakan yang rendah lemak, baca label makanan dengan baik. Sebagai pedoman, jangan mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak total lebih dari 8 gram dan lemak jenuh lebih dari 3 gram per 100 gram makanan. Lebih baik masak dengan cara dikukus, dibakar, direbus, atau dalam atau dalam microwave, daripada digoreng atau dipanggang.
4. Makan lebih sedikit lemak – 30 % dari keseluruhan jumlah kalori yang dikonsumsi. Mengurangi lemak akan mengurangi asupan kalori dan memperbanyak turunnya        BB.
5. Hindari alkohol, karena kalorinya tinggi tapi nutrisi lainnya sangat kurang. Minum kopi atau teh tanpa gula, mungkin pada dua minggu pertama terasa pahit, akan tetapi kelak anda akan merasakan yang tawar itu juga sedap.
6. Makan yang seimbang, artinya yang dimakan dan diminum sesuai dengan kalori yang            dibutuhkan.
7. Pilih makanan kaya serat karena lebih cepat mengenyangkan. Batasi pemakaian garam            dalam makanan.
B.        Olahraga
            Olahraga akan merangsang hipofisis untuk mensekresi hormone pertumbuhan dan hormone tersebut akan mendorong perubahan komposisi tubuh menjauhi penyimpanan lemak menuju peningkatan protein otot, sehingga lemak dalam tubuh bisa direduksi. Berjalan kaki, jogging, dan bersepeda merupakan salah satu olah raga ringan namun tetap bisa memberikan dampak yang positif terhadap penurunan berat badan karena selama berolah raga, tubuh menggunakan lemak sebagai bahan bakar energi. Berolahraga setiap hari, jalan 30 menit tiap hari akan membakar 150 kalori, dan dapat menurunkan berat badan hingga 6-7 kilogram dalam setahun. Diet yang dikombinasikan dengan olah raga dapat menurunkan berat badan sekitar 1 kg.
C.        Mengkonsumsi       obat
Tiga prinsip mekanisme kerja obat-obatan untuk menurunkan BB atau mencegah peningkatan         BB:
a.Mengurangi  asupan   energi
            Obat-obatan ini bekerja sebagai penekan nafsu makan, yang disebut juga preparat, yang mempunyai efek neurotransmitter, seperti serotonin, yaitu suatu zat di otak yang dapat mempengaruhi persepsi orang terhadap rasa lapar (appetite suppresant).
          Golongan ini mempunyai 2 kelas utama berdasarkan aktifitasnya, yaitu:
1. Golongan katekolaminergik, seperti  amfetamine, fenilpropanolamin
2.Golongan seretonergik, seperti fenfluramine, dexfenfluramine, dan ‘antidepressant      selective reuptake inhibitors (SSRIS)’, seperti fluoxetine and sertraline.
b.Mengurangi  penyerapan     makanan
              Ditemukan obat-obatan yang menghambat kerja enzim di saluran cerna – salah satunya adalah menghambat penyerapan lemak, sehingga total kalori yang diserap tubuh dapat dikurangi. Orlistat (Xenical), adalah obat pertama dari kelompok obat-obatan penghambat enzim lipase pankreas dan lambung, yang bekerja lokal di saluran cerna. Dengan cara demikian, lemak sebesar 30% tidak diserap oleh tubuh, melainkan dieksresikan melalui feses. Walaupun demikian, orlistat tidak mengganggu kerja intestinal lainnya dan tidak berinteraksi dengan kebanyakan obat-obat yang diresepkan untuk pasien yang mengalami masalah dengan berat badan karena ia bekerja secara selektif sehingga tidak mempengaruhi susunan saraf pusat seperti obat-obat anti obesitas lainnya. Obat ini juga hanya menyerap 3% dari dosis oral sehingga tidak terdeteksi adanya efek sistemik.
c.Meningkatkan   pembakaran       energi

              Energi dapat dibakar dengan melakukan aktifitas fisik atau merubah Tingkat Metabolik Basal (BMR) dengan melakukan perubahan pada sistem syaraf simpatik. Obat yang berefek pada BMR dan termogenesis ini, seperti zat beta agonist, BRL 26830A, masih dalam tahap penelitian
D.        Pembedahan
           Operasi pada penderita obesitas hanya direkomendasikan pada mereka yang gagal menjalankan diet, olahraga, dan konsumsi obat-obatan. Operasi ini dilakukan dengan melakukan pemotongan sebagian usus si gemuk, atau operasi bariatik dengan memasang klem pada lambung. Beberapa rumah sakit juga dapat melakukan penyedotan lemak perut atau liposuction. Adapula yang melakukan mesoterapi, yaitu suntikan     ke    bawah            kulit     untuk  membakar     lemak.
E.        Akupuntur
           Terapi akupunktur yang dasar pengobatanya merupakan suatu terapi yang menjadi pilihan masyarakat untuk mengatasi obesitas. Akupunktur juga merupakan solusi untuk menurunkan berat badan bagi orang yang karena kondisi kesehatanya tidak dapat menggunakan obat-obatan atau tidak dapat manjalani operasi. Peranan akupunktur dalam menurunkan berat badan diantaranya melalui mekanisme neurohumoral yang dapat menghambat nafsu makan, mengurangi fungsi lambung dan usus yang berlebih dalam pencernaan dan penyerapaan makanan.



9.      Program  Pemerintah
Program Nasional di bidang kesehatan :
a.  Lingkungan sehat,Perilaku sehat,dan pemberdayaan masyarakat
b.  Upaya Kesehatan
c.   Perbaikan Gizi Masyarakat
d.  Sumber Daya Kesehatan
e.  Obat,Makan dan Bahan Berbahaya
f.    Kebijakan dan Manajemen Pembangunan Kesehatan
Pogram Kesehatan Kota Makassar
a.    Peningkatan Sarana dan Prasarana
b.    Pencegahan dan Pemberantasan penyakit menular
c.    Penanggulangan Gizi Buruk
d.    Kesehatan Ibu dan Anak

Tugas utama kesehatan adalah memelihara dan meningkatkan kesehatan segenap warga negaranya yaitu setiap individu, keluarga dan  masyarakat Indonesia tanpa meninggalkan upaya penyembuhan  penyakit, pemulihan kesehatan dan perbaikan kualitas lingkungannya.
Titik berat Pembangunan Nasional yang telah dicanangkan oleh Presiden RI pada tanggal  1 Maret 1999 yaitu Pembangunan Nasional Berwawasan Kesehatan yang artinya setiap sektor harus mempertimbangkan aspek kesehatan dalam setiap program pembangunan. Hal ini berarti pula kesehatan  merupakan bagian integral dari program pembangunan nasional (Propenas) yang juga telah ditetapkan melalui Undang-undang Nomor 25 Tahun 2000.
Namun,meskipun sudah dicanangkannya berbagai program kesehatan baik tingkat nasional maupun provensi dan kab/kota tapi belum juga menunjukkan hasil yang signifikan dalam hal penurunan prevalensi Obesitas. Prevalensi obesitas di Indonesia mengalami peningkatan mencapai tingkat yang membahayakan. Ditinjau dari Prevalensi obesitas di Indonesia yang terus mengalami peningkatan mencapai tingkat yang membahayakan. Ini menunjukkan bahwa pemerintah belum mampu menangani kasus penderita Obesitas.Berdasarkan data SUSENAS tahun 2004 prevalensi obesitas pada anak telah mencapai 11%. Di Indonesia hingga tahun 2005 prevalensi gizi baik 68,48%, gizi kurang 28%, gizi buruk 88%, dan gizi lebih 3,4% (Data SUSENAS, 2005).
Sedangkan berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, prevalensi nasional obesitas umum pada penduduk berusia ≥ 15 tahun adalah 10,3% terdiri dari (laki-laki 13,9%, perempuan 23,8%). Sedangkan prevalensi berat badan berlebih anak-anak usia 6-14 tahun pada laki-laki 9,5% dan pada perempuan 6,4%. Angka ini hampir sama dengan estimasi WHO sebesar 10% pada anak usia 5-17 tahun. 
Menurut data Susenas tahun 1995 dan 1998 di Sulawesi Selatan. angka kegemukan cukup tinggi, yaitu dari 4,7% ke 6,22% dengan menggunakan indikator BB/U median baku WHO-NCHS. Hal ini menunjukkan jika masalah tersebut tidak segera diatasi, maka beban pemerintah khususnya Departemen Kesehatan akan semakin  bertambah     (Kanwil          Depkes,         1998).Sedangkan prevalensi obesitas pada kelompok umur 6-14 tahun berdasarkan Riskesdar 2007 di Sul-Sel terdapat 7,4% laki-laki dan 4,8% perempuan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, pada tahun 2005, secara global ada sekitar 1,6 miliar orang dewasa yang kelebihan berat badan atau overweight dan 400 juta di antaranya dikategorikan obesitas.
Penelitian Obesitas yang dilakukan di RSUP.DR Wahidin Sudirohusodo Makassar Tahun 2007 selama kurang lebih 1 bulan (21 Mei – 21 Juni 2007) bahwa ada 68 responden yang obesitas.
            Data-data tersebut merupakan indicator penilaian bahwa belum berhasilnya program-program pemerintah di bidang kesehatan khususnya status gizi karena prevalensi penderita obesitas masih meningkat tiap tahunnya.













BAB III
PENUTUP

A.     Kesimpulan
1.    Obesitas merupakan suatu penyakit multifaktorial yang terjadi akibat akumulasi jaringan lemak yang berlebihan dan dapat mengganggu kesehatan. Obesitas terjadi bila ukuran dan jumlah sel lemak bertambah.
2.    WHO menyatakan bahwa obesitas telah menjadi masalah dunia. Data yang dikumpulkan dari seluruh dunia memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan prevalensi overweight dan obesitas pada 10-15 tahun terakhir, saat ini diperkirakan sebanyak lebih dari 100 juta penduduk dunia menderita obesitas.
3.    Ada hubungan status Obesitas dengan Kejadian penyakit jantung koroner (PJK) di RSUP.DR Wahidin Sudirohusodo Makassar Tahun 2007.
4.    Obesitas merupakan suatu faktor risiko Penyakit Jantung Koroner (PJK)  serta meningkatkan mortalitas dan morbiditas kardiovaskuler secara  Langsung  maupun tidak langsung.
B.    Saran
1.    Bagi penderita obesitas disarankan untuk bisa memilih makanan yang baik dan sehat serta sesuai dengan kecukupan tubuhnya. Pengurangan kalori dan meningkatkan olah raga merupakan cara alami yang  murah serta untuk mengurangi risiko penyakit Jantung Koroner (PJK) meskipun tidak mudah untuk mempertahankan  dalam jangka waktu   lama.
2.    Bila perubahan cara hidup gagal menurunkan Berat Badan , perlu    diberikan obat    obat-obatan yang aman dan efektif , sebaiknya dipilih    obat yang bekerja lokal    pada usus  karena efek samping nya lebih kecil    dibandingkan dengan yang    sistemis.
3.    Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan desain penelitian longitudinal untuk mengetahui determinan Penyakit Jantung Koroner (PJK) .Peneliti selanjutnya perlu melakukan penelitian tentang hubungan obesitas terhadap faktor resiko kejadian Penyakit Jantung Koroner (PJK).

C.    HAMBATAN
1.     Waktu yang diberikan dalam penyusunan makalah ini,masih kurang J












DAFTAR PUSTAKA
1.     Kuncoro, T. 1996. Pengembangan Kurikulum Pelatihan Magang di STM Nasional Malang Jurusan Bangunan, Program Studi Bangunan Gedung: Suatu Studi Berdasarkan Kebutuhan Dunia Usaha Jasa Konstruksi . Tesis tidak diterbitkan. Malang: PPS IKIP MALANG
2.     Arul.2009.Obesitas.(Online),(http://adul2008.wordpress.com/2009/04/11/obesitas/ , diakses 27 Mei 2011).
3.     Fadilah.2011.Obesitas dan Penyakit Jantung Koroner.Artikel Ilmu Penyakit Dalam.(Online), (http://dokternetworkangk97.blogspot.com/2011/01/obesitas-dan-penyakit-jantung-koroner.html, diakses 27 Mei 2011).
4.     Zullies.2009.MenumpasObesitas.(Online),(https://zulliesikawati.wordpress.com/tag/obesitas/,diakses 27 mei 2011).
5.     Indarto.2008.FaktorpenyebabObesitas.(Online),(http://reseplangsing.blogspot.com/2008/10/beberapa-faktor-penyebab-obesitas.html,diakses 28 mei 2011).
6.     Gusmiati.2011.Fast Food ,pemicu obesitas dan penyakit jantung.(Online),( http://www.primaironline.com/berita/rileks/535304-fast-food-pemicu-obesitas-dan-penyakit-jantung,diakses 28 Mei 2011).
7.     Anonim.2007.Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2007.(Online),( http://dinkes-sulsel.go.id/new/images/profil_kab/profil%20makassar-2007.pdf,diakses 28 Mei 2011).
8.     Jungelian.2008.Mari mengenal lebih jauh tentang jantung koroner.(Online),( http://www.indoforum.org/t39007/,diakses 28 Mei 2011).



LAMPIRAN

Gambaran Umum Lokasi
1.    Kota Makassar
Kota Makassar sebagai ibukota Propinsi Sulawesi Selatan juga merupakan pintu gerbang dan pusat perdagangan Kawasan Timur Indonesia. Secara geografis Kota Makassar terletak di Pesisir Pantai Barat bagian selatan Sulawesi Selatan, pada titik koordinat 119°, 18’, 27’, 97” Bujur Timur dan 5’. 8’, 6’, 19” Lintang Selatan.
Secara administratif Kota Makassar  mempunyai batas-batas wilayah yaitu
Sebelah Selatan  berbatasan dengan Kabupaten Gowa, Sebelah utara erbatasan dengan Kabupaten Pangkajene Kepulauan,  Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Maros dan Sebelah barat berbatasan dengan Selat Makassar. Topografi pada umumnya  berupa daerah pantai. Letak ketinggian Kota Makassar berkisar 0,5 – 10 meter dari permukaan laut. 
Kota Makassar memiliki luas wilayah  175,77 km2 yang terbagi kedalam 14 Kecamatan dan 143 Kelurahan. Selain memiliki wilayah daratan, Kota makassar juga memiliki wilayah kepulauan  yang dapat dilihat sepanjang garis  pantai Kota makassar. Adapun pulau-pulau di wilayahnya merupakan bagian dari dua Kecamatan yaitu Kecamatan Ujung Pandang  dan Ujung Tanah. Pulau-pulau ini merupakan gugusan pulau-pulau karang sebanyak 12 pulau, bagian dari gugusan pulau-pulau Sangkarang, atau disebut juga Pulau-pulau Pabbiring atau lebih dikenal dengan nama Kepulauan Spermonde. Pulau-pulau tersebut adalah Pulau Lanjukang (terjauh), pulau Langkai, Pulau Lumu-lumu, Pulau Bone Tambung, Pulau  Kodingareng, pulau Barrang Lompo, Pulau Barrang Caddi, pulau Kodingareng Keke, Pulau Samalona, Pulau Lae-Lae, Pulau Gusung, dan Pulau Kayangan (terdekat).



Fasilitas Kesehatan
Pada tahun 2003 di Kota Makassar terdapat 16 Rumah Sakit, yang terdiri dari 4 Rumah Sakit Pemerintah, 7 Rumah Sakit Swasta dan 3 Rumah Sakit ABRI serta 2 Rumah Sakit Khusus. Jumlah Puskesmas 75 unit, yang terdiri dari 36 puskesmas dan 39 puskesmas pembantu.
JUMLAH SARANA KESEHATAN DIRINCI MENURUT
PEMILIKAN DI KOTA MAKASSAR 2000-2003
 






JUMLAH RUMAH BERSALIN, POLIKLINIK, PUSKESMAS
DAN BKIA DIRINCI MENURUT KECAMATAN DI KOTA MAKASSAR TAHUN 2003
 




















2.    RSUP.DR Wahidin Sudirohusodo
RSUP.DR Wahidin Sudirohusodo mempunyai fasilitas dan kemampuan menyelenggarakan hamper semua jenis pelayanan kedokteran baik spesialis maupun subspesialis ,sehingga layak menjadi pusat layanan rujukan di kawasan Timur Indonesia. Luas lahan RSWS adalah 8,4 HA serta luas bangunan 39.246 m2. Kapasitas tempat tidur berjumlah 610 buah terdiri dari kelas utama 43 buah (7,05%),kelas I 66 buah (10,82%),Kelas II 179 buah (29,34%),dan kelas III 272 buah (44,59%),serta 50 tempat tidur dialokasikan di pelayanan lainnya seperti intensif 20 buah,Intermediate 21 buah, dan kamar isolasi sebanyak 9 buah tempat tidur.


0 komentar:

Posting Komentar