PENYUSUN
:
KELOMPOK
9
No,
|
NAMA
|
KELAS
|
STAMBUK
|
1
|
Iis ikayani
|
W.5
|
1412090187
|
2
|
Asmiratul
|
W.5
|
1412090192
|
3
|
Selmi
|
W.5
|
1412090
|
4
|
Fitri Ainun
|
W.5
|
1412090
|
5
|
Hariaty Burhan
|
W.6
|
1412090251
|
6
|
Rinda Mirnawati
|
W.6
|
1412090
|
7
|
Wa Musni Lamaru
|
W.6
|
1412090467
|
8
|
Lia Hijriani
|
W.6
|
1412090263
|
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum
Wr. Wb.
Segala puja dan puji syukur kami haturkan
kepada Allah SWT, karena atas berkat, rahmat, taufik, hidayah, serta inayah-Nya
lah sehingga kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah Ekologi Gizi
dengan judul “Obesitas” sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan.
Makalah ini disusun sebagai syarat melengkapi
tugas Ekologi Gizi Semester IV tahun
ajaran 2011. Dalam penyusunan makalah ini, penulis telah banyak mendapat
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, saya ucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu
Sumiaty,SKM.M. selaku dosen pengajar Ekologi Gizi
2. Pihak-pihak
yang secara langsung ataupun tidak langsung telah membantu dalam penyusunan
tugas makalah ini.
Penulis
mengaku bahwa “tak ada gading yang tak retak”, oleh karena itu, sumbang saran
dan kritik yang sifatnya membangun senantiasa saya harapkan demi perbaikan dan
penyempurnaan. semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Akhirul kalam ... wabilahit taufiq wal
hidayah war ridho wal inayah.
Wassalamu’alaikum
Wr. Wb.
Makassar, 28 Mei 2011
Penulis
DAFTAR
ISI
HALAMAN
JUDUL............................................................................................... 1
KATA
PENGANTAR............................................................................................ 3
DAFTAR
ISI........................................................................................................... 4
BAB
I PENDAHULUAN................................................................................. 5
A. Latar
Belakang…………………………………………………... 5
B. Rumusan
Masalah………………………………………………...... 9
C. Tujuan…………………………………………………………..... 9
BAB
II PEMBAHASAN.................................................................................... 6
A.
HASIL……………………………………………………………….. 10
B. PEMBAHASAN………..………………………………................. 13
1. Pengertian
Obesitas……………………………………………. 13
2. Tipe-Tipe pada
Obesitas………………………………………. 14
3. Gejala-gejala terjadinya
Obesitas…………………………….. 15
4. Faktor Penyebab
terjadinya Obesitas………………………… 16
5. Cara Pengukuran Tingkat
Obesitas…………………………… 20
6. Mekanisme Terjadinya
Obesitas………………………………. 23
7. Hubungan Obesitas
terhadap Penyakit Jantung Koroner….. 23
8. Cara Penanggulangan
Obesitas………………………………. 25
9. Program
Pemerintah……………………………………………. 29
BAB
III PENUTUP............................................................................................. 32
A. Kesimpulan..................................................................................... 32
B. Saran-saran.................................................................................... 32
C. Hambatan………………………………………………………….. 33
DAFTAR
PUSTAKA……………………………………………………………. 34
LAMPIRAN……………………………………………………………………….. 35
BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Obesitas merupakan suatu keadaan
fisiologis akibat dari penimbunan lemak secara berlebihan di dalam tubuh. Saat
ini gizi lebih dan obesitas merupakan epidemik di negara maju, seperti Inggris,
Brasil, Singapura dan dengan cepat berkembang di negara berkembang, terutama
populasi kepulauan Pasifik dan negara Asia tertentu.
Prevalensi obesitas meningkat secara signifikan dalam beberapa dekade terakhir dan dianggap oleh banyak orang sebagai masalah kesehatan masyarakat yang utama (Lucy A. Bilaver, 2009).
Prevalensi obesitas meningkat secara signifikan dalam beberapa dekade terakhir dan dianggap oleh banyak orang sebagai masalah kesehatan masyarakat yang utama (Lucy A. Bilaver, 2009).
WHO menyatakan bahwa obesitas telah menjadi
masalah dunia. Data yang dikumpulkan dari seluruh dunia memperlihatkan bahwa
terjadi peningkatan prevalensi overweight dan obesitas pada 10-15 tahun
terakhir, saat ini diperkirakan sebanyak lebih dari 100 juta penduduk dunia
menderita obesitas. Angka ini akan semakin meningkat dengan cepat. Jika keadaan
ini terus berlanjut maka pada tahun 2230 diperkirakan 100% penduduk dunia akan
menjadi obes (Sayoga dalam Rahmawaty, 2004).
Panama dan Kuwait tercatat sebagai dua negara dengan prevalensi obesitas tertinggi di dunia, yakni sekitar 37%. Setelah itu Peru (32%) dan Amerika Serikat (31%). Di Brasil, kenaikan kasus obesitas terjadi pada anak-anak sebesar 239%.
Di Eropa, Inggris menjadi negara nomor satu dalam kasus obesitas pada anak-anak, dengan angka prevalensi 36%. Disusul oleh Spanyol, dengan prevalensi 27% berdasarkan laporan Tim Obesitas Internasional (Cybermed, 2003).
Masalah obesitas meluas ke negara-negara berkembang: misalnya, di Thailand prevalensi obesitas pada 5-12 tahun anak-anak telah meningkat dari 12,2% menjadi 15,6% hanya dalam dua tahun (WHO, 2003). Tingkat prevalensi obesitas di Cina mencapai 7,1% di Beijing dan 8,3% di Shanghai pada tahun 2000 (WHO, 2000). Prevalensi obesitas anak-anak usia 6 hingga 11 tahun sudah lebih dari dua kali lipat sejak tahun 1960-an (WHO, 2003). Selain itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, pada tahun 2005, secara global ada sekitar 1,6 miliar orang dewasa yang kelebihan berat badan atau overweight dan 400 juta di antaranya dikategorikan obesitas. Pada Tahun 2015 diprediksi kasus obesitas akan meningkat dua kali lipat dari angka itu.
Panama dan Kuwait tercatat sebagai dua negara dengan prevalensi obesitas tertinggi di dunia, yakni sekitar 37%. Setelah itu Peru (32%) dan Amerika Serikat (31%). Di Brasil, kenaikan kasus obesitas terjadi pada anak-anak sebesar 239%.
Di Eropa, Inggris menjadi negara nomor satu dalam kasus obesitas pada anak-anak, dengan angka prevalensi 36%. Disusul oleh Spanyol, dengan prevalensi 27% berdasarkan laporan Tim Obesitas Internasional (Cybermed, 2003).
Masalah obesitas meluas ke negara-negara berkembang: misalnya, di Thailand prevalensi obesitas pada 5-12 tahun anak-anak telah meningkat dari 12,2% menjadi 15,6% hanya dalam dua tahun (WHO, 2003). Tingkat prevalensi obesitas di Cina mencapai 7,1% di Beijing dan 8,3% di Shanghai pada tahun 2000 (WHO, 2000). Prevalensi obesitas anak-anak usia 6 hingga 11 tahun sudah lebih dari dua kali lipat sejak tahun 1960-an (WHO, 2003). Selain itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, pada tahun 2005, secara global ada sekitar 1,6 miliar orang dewasa yang kelebihan berat badan atau overweight dan 400 juta di antaranya dikategorikan obesitas. Pada Tahun 2015 diprediksi kasus obesitas akan meningkat dua kali lipat dari angka itu.
Obesitas di Indonesia sudah mulai dirasakan
secara nasional dengan semakin meningginya angka kejadiannya. Selama ini,
kegemukan di Indonesia belum menjadi sorotan karena masih disibukkan masalah
anak yang kekurangan gizi. Meskipun obesitas di Indonesia belum mendapat
perhatian khusus, namun kini sudah saatnya Indonesia mulai melirik masalah
obesitas pada anak. Jika dibiarkan, akan mengganggu sumber daya manusia (SDM)
di kemudian hari.
Prevalensi obesitas di Indonesia mengalami
peningkatan mencapai tingkat yang membahayakan. Berdasarkan data SUSENAS tahun
2004 prevalensi obesitas pada anak telah mencapai 11%. Di Indonesia hingga
tahun 2005 prevalensi gizi baik 68,48%, gizi kurang 28%, gizi buruk 88%, dan
gizi lebih 3,4% (Data SUSENAS, 2005).
Sedangkan berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, prevalensi nasional obesitas umum pada penduduk berusia ≥ 15 tahun adalah 10,3% terdiri dari (laki-laki 13,9%, perempuan 23,8%). Sedangkan prevalensi berat badan berlebih anak-anak usia 6-14 tahun pada laki-laki 9,5% dan pada perempuan 6,4%. Angka ini hampir sama dengan estimasi WHO sebesar 10% pada anak usia 5-17 tahun.
Sedangkan berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, prevalensi nasional obesitas umum pada penduduk berusia ≥ 15 tahun adalah 10,3% terdiri dari (laki-laki 13,9%, perempuan 23,8%). Sedangkan prevalensi berat badan berlebih anak-anak usia 6-14 tahun pada laki-laki 9,5% dan pada perempuan 6,4%. Angka ini hampir sama dengan estimasi WHO sebesar 10% pada anak usia 5-17 tahun.
Menurut penelitian DR. Dr. Damayanti Rusli
Sjarif, SpA(K) dari FKUI/RSCM bersama koleganya pada tahun 2002 melakukan
penelitian di 10 kota-kota besar yaitu Medan, Padang, Palembang, Jakarta,
Semarang, Solo, Jogkakarta, Surabaya, Denpasar, dan Manado dengan subyek siswa
sekolah dasar. Hasilnya memperlihatkan prevalensi obesitas pada anak sebesar
17,75 persen di Medan, Padang 7,1 persen, Palembang 13,2 persen, Jakarta 25
persen, Semarang 24,3 persen, Solo 2,1 persen, Jogjakarta 4 persen, Surabaya
11,4 persen, Denpasar 11,7 persen, dan Manado 5,3 persen .
Menurut data Susenas tahun 1995 dan 1998 di
Sulawesi Selatan. angka kegemukan cukup tinggi, yaitu dari 4,7% ke 6,22% dengan
menggunakan indikator BB/U median baku WHO-NCHS. Hal ini menunjukkan jika
masalah tersebut tidak segera diatasi, maka beban pemerintah khususnya
Departemen Kesehatan akan semakin bertambah (Kanwil Depkes, 1998).
Sedangkan prevalensi obesitas pada kelompok umur 6-14 tahun berdasarkan Riskesdar 2007 di Sul-Sel terdapat 7,4% laki-laki dan 4,8% perempuan.
Sedangkan prevalensi obesitas pada kelompok umur 6-14 tahun berdasarkan Riskesdar 2007 di Sul-Sel terdapat 7,4% laki-laki dan 4,8% perempuan.
Obesitas sendiri sekarang dikenal sebagai ajang reuni
berbagai macam penyakit. Salah satunya Penyakit jantung koroner (PJK) yang
merupakan kelainan pada satu atau lebih pembuluh arteri koroner dimana terdapat
penebalan dinding dalam pembuluh darah (intima) disertai adanya aterosklerosis
yang akan mempersempit lumen arteri koroner dan akhirnya akan mengganggu aliran
darah ke otot jantung sehingga terjadi kerusakan dan gangguan pada otot jantung.
Penyakit jantung koroner kerap diidentikkan dengan
penyakit akibat “hidup enak”, yaitu terlalu banyak mengkonsumsi makanan
mengandung lemak dan kolesterol. Hal ini semakin menjadi dengan kian
membudayanya konsumsi makan siap saji alias junk food dalam kurun waktu satu
dekade ini. Tak dapat dimungkiri, junk food telah menjadi bagian dari gaya
hidup sebagian masyarakat di Indonesia.Lihat saja berbagai gerai yang terdapat
di mal-mal, selalu penuh oleh pengunjung dengan beragam usia, dari kalangan
anak-anak hingga dewasa.Padahal junk food banyak mengandung sodium, lemak jenuh
dan kolesterol. Soium merupakan bagian dari garam. Bila tubuh terlalau banyak
mengandung sodium,dapat meningkatkan aliran dan tekanan darah sehingga
menyebabkan tekanan darah tinggi. Tekanan darah tinggi lah yang dapat
berpengaruh munculnya gangguan penyakit jantung. Lemak jenuh berbahaya bagi
tubuh karena merangsang hati untuk memproduksi bnnyak kolesterol yang juga
berperan akan munculnya penyakit jantung. Karena kolesterol yang mengendap
lama-kelamaan akan menghambat aliran darah dan oksigen sehingga menggangu
metabolisme sel otot jantung.
Dalam hal ini akan diuraikan pada kajian ini tentang
apa yang disebut obesitas,apa penyebabnya, bagaimana konsekwensi obesitas pada
penyakit jantung koroner, dan bagaimana mengatasinya. Selain itu akan dibahas
lebih lanjut mengenai hubungan obesitas terhadap kejadian Penyakit Jantung Koroner (PJK).
B. RUMUSAN
MASALAH
1.
Apa defenisi Obesitas?
2.
Apa saja tipe-tipe Obesitas?
3.
Apa gejala-gejala timbulnya Obesitas?
4.
Apa penyebab timbulnya Obesitas?
5.
Bagaimana cara pengukuran Obesitas?
6.
Bagaimana mekanisme terjadinya Obesitas?
7.
Bagaimana hubungan Obesitas terhadap penyakit
Jantung Koroner?
8.
Bagaimana cara penanggulangan penyakit
Obesitas?
9.
Apa program pemerintah dalam menurunkan angka
penderita Obesitas?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa defenisi dari obesitas.
2. Untuk mengetahui apa-apa saja gejala timbul
obesistas.
3. Untuk mengetahui penyebab timbulnya obesitas.
4. Untuk mengetahui Hubungan obesitas terhadap
kejadian penyakit jantung koroner (PJK).
5.
Untuk
mengetahui cara pencegahan dan pengobatan penyakit Obesitas
6.
Untuk
mengetahui program pemerintah dalam upaya penurunan angka penderita Obesitas.
BAB
II
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A.
HASIL
Berdasarkan
Data yang kami peroleh dari skripsi yang berjudul “Hubungan Obesitas dan
Hipertensi dengan kejadian Penyakit Jantung Koroner” yang dilaksanakan di
RSUP.DR Wahidin Sudirohusodo Makassar Tahun 2007 selama kurang lebih 1 bulan
(21 Mei -21 Juni 2007).
Untuk
mengetahui hubungan antara obesitas terhadap kejadian penyakit jantung koroner
(PJK). Jumlah pasien yang dijadikan sampel yaitu sebanyak 147 orang.Adapun
hasil yang diperoleh,dapat diuraikan sebagai berikut :
a.
Umur
Distribusi responden menurut kelompok
umur di RSUP.Dr wahidin Sudirohusodo Makassar periode
mei-juni 2007
Berdasarkan
tabel diatas,menunjukkan bahwa responden sebagian besar berada pada kelompok umur
38 – 57 tahun dengan jumlah 101 orang (68,7%) dan sebagian kecil berada pada
kelompok umur 18 – 37 tahun dengan jumlah 3 orang (2%).
b.
Jenis
Kelamin
Distribusi responden menurut jenis
kelamin di RSUP.DR Wahidin Sudirohusodo Makassar periode mei-juni 2007
Berdasarkan
tabel diatas menunjukkan bahwa responden sebahagian besar responden adalah
kelompok dengan jenis kelamin laki-laki dengan jumlah 108 orang (73,5%) dan
yang berjenis kelamin perempuan 39 orang (26,5%).
c.
Berat
Badan
Distribusi responden menurut berat badan
Di RSUP.DR Wahidin Sudirohusodo Makassar periode mei-juni 2007
Berdasarkan tabel diatas,
menunjukkan bahwa responden memiliki berat badan terbanyak yaitu berat badan 60
kg 25 orang (17%) dan yang terendah 52 kg,53 kg, 71 kg,76 kg, 77 kg, dan 84 kg
dengan masing-masing sebanyak 1 orang (0,7%).
d.
Tinggi
Badan
Distribusi responden menurut tinggi
badan di RSUP.Dr.Wahidin Sudirihusodo Makassar periode Mei-juni 2007
Dari
tabel diatas menunjukkan bahwa responden dengan tinggi badan yang terbanyak
yaitu 160 cm sebanyak 32 orang (21,8 %) dan yang terendah 161 cm,168 cm, 173 cm
masing-masing sebanyak 2 orang (1,4%).
e.
Indeks
Massa Tubuh (IMT)
Distribusi
responden menurut indeks massa tubuh (IMT) di RSUP.DR wahidin Sudirohusodo
Makassar periode mei- juni 2007
Berdasarkan tabel diatas,menunjukkan
bahwa responden sebagian besar tergolong dalam klasifikasi kegemukan sebanyak
30 orang (20,41%) dan yang kurus sebanyak 2 orang (1,36%).
f.
Hubungan
IMT (obesitas) dengan kejadian penyakit jantung koroner
Hubungan
IMT (obesitas) dengan kejadian penyakit jantung koroner di RSUP. Dr Wahidin
Sudirohusodo Makassar periode mei – juni 2007
Dari
tabel diatas menunjukkan bahwa dari 68 responden yang obesitas ditemukan 54
orang (79,4%) yang menderita PJK (penyakit jantung koroner),dan yang 14 orang
(20,6%) tidak menderita PJK . Dengan demikian dapat diinterpretasikan bahwa
terdapat hubungan antara obesitas terhadap kejadian penyakit jantung koroner
(PKJ) di RSUP.Dr Wahidin Sudirohusodo Makassar tahun 2007.
B.
PEMBAHASAN
1.
Pengertian
Obesitas
Obesitas atau kegemukan mempunyai pengertian yang
berbeda-beda bagi setiap orang. Terkadang kita sering dibuat bingung dengan
pengertian obesitas dan overweight, padahal kedua istilah tersebut mempunyai
pengertian yang berbeda. Obesitas adalah suatu kondisi kelebihan berat tubuh
akibat tertimbunnya lemak, untuk pria dan wanita masing- masing melebihi 20%
dan 25% dari berat tubuh dan dapat membahayakan kesehatan. Sementara overweight
(kelebihan berat badan, kegemukan) adalah keadaan dimana Berat Badan seseorang
melebihi Berat Badan normal.
Menurut WHO maupun
NIH 1998, disebut sebagai Obesitas bila
BMI (IMT) lebih dari normal. Untuk tepatnya
disebut sebagai Overweight bila BMI >25.0, sedangkan preobese bila BMI antara 25-29,9, Obese I bila BMI 30-34,9,
Obese II BMI nya 35-39,9 dan Obese III
bila BMI nya melebihi 40.
Para
dokter-dokter memiliki definisi tersendiri tentang obesitas, di antaranya
yaitu:
·
Suatu
kondisi dimana lemak tubuh berada dalam jumlah yang berlebihan
·
Suatu
penyakit kronik yang dapat diobati
·
Suatu
penyakit epidemik (mewabah)
·
Suatu
kondisi yang berhubungan dengan penyakit-penyakit lain dan dapat menurunkan kualitas hidup
·
Penanganan
obesitas membutuhkan biaya perawatan yang sangat tinggi
2.
Tipe
– Tipe pada Obesitas
Tipe
pada obesitas dapat dibedakan menjadi 2 klasifikasi, yaitu Tipe obesitas
berdasarkan bentuk tubuh dan Tipe obesitas berdasarkan keadaan sel lemak.
2.2.1 Tipe Obesitas Berdasarkan Bentuk Tubuh.
2.2.1 Tipe Obesitas Berdasarkan Bentuk Tubuh.
a. Obesitas tipe buah apel (Apple Shape)
Type seperti ini biasanya terdapat pada pria. dimana lemak tertumpuk di sekitar perut. Resiko kesehatan pada tipe ini lebih tinggi dibandingkan dengan tipe buah Pear (Gynoid),
Type seperti ini biasanya terdapat pada pria. dimana lemak tertumpuk di sekitar perut. Resiko kesehatan pada tipe ini lebih tinggi dibandingkan dengan tipe buah Pear (Gynoid),
b. Obesitas tipe buah pear (Gynoid)
Tipe ini cenderung dimiliki oleh wanita, lemak yang ada disimpan di sekitar pinggul dan bokong. Resiko terhadap penyakit pada tipe gynoid umumnya kecil.
Tipe ini cenderung dimiliki oleh wanita, lemak yang ada disimpan di sekitar pinggul dan bokong. Resiko terhadap penyakit pada tipe gynoid umumnya kecil.
c. Tipe Ovid (Bentuk Kotak Buah)
Ciri dari tipe ini adalah "besar di seluruh bagian badan". Tipe Ovid umumnya terdapat pada orang-orang yang gemuk secara genetik.
Ciri dari tipe ini adalah "besar di seluruh bagian badan". Tipe Ovid umumnya terdapat pada orang-orang yang gemuk secara genetik.
2.2.2 Tipe Obesitas Berdasarkan Keadaan Sel Lemak
a. Obesitas Tipe Hyperplastik
Obesitas terjadi karena jumlah sel lemak yang lebih banyak dibandingkan keadaan normal.
Obesitas terjadi karena jumlah sel lemak yang lebih banyak dibandingkan keadaan normal.
b. Obesitas Tipe Hypertropik
Obesitas terjadi karena ukuran sel lemak menjadi lebih besar dibandingkan keadaan normal,tetapi jumlah sel tidak bertambah banyak dari normal.
Obesitas terjadi karena ukuran sel lemak menjadi lebih besar dibandingkan keadaan normal,tetapi jumlah sel tidak bertambah banyak dari normal.
c. Obesitas Tipe Hyperplastik Dan Hypertropik
Obesitas terjadi karena jumlah dan ukuran sel lemak melebihi normal. Pembentukan sel lemak baru terjadi segera setelah derajat hypertropi mencapai maksimal dengan perantaraan suatu sinyal yang dikeluarkan oleh sel lemak yang mengalami hypertropik.
Obesitas terjadi karena jumlah dan ukuran sel lemak melebihi normal. Pembentukan sel lemak baru terjadi segera setelah derajat hypertropi mencapai maksimal dengan perantaraan suatu sinyal yang dikeluarkan oleh sel lemak yang mengalami hypertropik.
3. Gejala
– Gejala Terjadinya Obesitas
Penimbunan
lemak yang berlebihan dibawah diafragma dan di dalam dinding dada bisa menekan
paru-paru, sehingga timbul gangguan pernafasan dan sesak nafas, meskipun
penderita hanya melakukan aktivitas yang ringan. Gangguan pernafasan bisa
terjadi pada saat tidur dan menyebabkan terhentinya pernafasan untuk sementara
waktu (tidur apneu), sehingga pada
siang hari penderita sering merasa ngantuk.
Obesitas bisa menyebabkan berbagai masalah ortopedik, termasuk nyeri punggung bawah dan memperburuk osteoartritis (terutama di daerah pinggul, lutut dan pergelangan kaki). Juga kadang sering ditemukan kelainan kulit.
Obesitas bisa menyebabkan berbagai masalah ortopedik, termasuk nyeri punggung bawah dan memperburuk osteoartritis (terutama di daerah pinggul, lutut dan pergelangan kaki). Juga kadang sering ditemukan kelainan kulit.
Seseorang
yang menderita obesitas memiliki permukaan tubuh yang relatif lebih sempit
dibandingkan dengan berat badannya, sehingga panas tubuh tidak dapat dibuang
secara efisien dan mengeluarkan keringat yang lebih banyak. Sering ditemukan
edema (pembengkakan akibat penimbunan sejumlah cairan) di daerah tungkai dan
pergelangan kaki.
4.
Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Obesitas
Secara
ilmiah, obesitas terjadi akibat mengkonsumsi kalori lebih banyak dari yang
diperlukan oleh tubuh. Penyebab terjadinya ketidakseimbangan antara asupan dan
pembakaran kalori ini masih belum jelas.
Terjadinya obesitas melibatkan beberapa faktor :
Terjadinya obesitas melibatkan beberapa faktor :
a. Faktor Makanan
Jika
seseorang mengkonsumsi makanan dengan kandungan energi sesuai yang dibutuhkan
tubuh, maka tidak ada energi yang disimpan.sebaliknya jika mengkonsumsi makanan
dengan energi melebihi yang dibutuhkan tubuh, maka kelebihan energi akan
disimpan, Sebagai cadangan energi terutama sebagai lemak seperti telah diuraikan diatas.
Seiring
berkembangnya dunia modernisasi,masyarakat secara tidak sadar cenderung lebih
mengkonsumsi makanan berkalori tinggi,seperti makanan cepat saji,makanan yang
dibakar dan kudapan yang memiliki andil dalam peningkatan berat badan. Meningkatnya jumlah junk food yang
masuk ke pasar Indonesia pun memunculkan fenomena baru, yaitu obesitas atau
berat badan berlebih.Makanan siap saji banyak dipilih masyarakat umumnya
mahasiswa dan pegawai kantoran. Makanan siap saji kandungan lemaknya sangat
tinggi, begitu pula kandungan kalorinya. Sementara kandungan nutrisi yang
menyehatkan, nyaris tidak ada.Selain itu, jajanan gorengan,makanan jenis ini kurang baik bagi
kesehatan karena umumnya digoreng dengan minyak yang tidak diganti setiap kali
menggoreng. Masih banyak lagi,seperti : daging olahan,es krim,permen dan
minuman bersoda.
Jika
dihubungkan dengan makanan,Sesuai dengan contoh penelitian yang kami gunakan
yaitu di RSUP.DR Wahidin Sudirohusodo Makassar tentunya kita menghubungkan
dengan makanan yang dikonsumsi orang Sulawesi (Makanan Khas Sulawesi Selatan) yang banyak mengandung lemak dan kalori
tinggi. Contohnya : Di Makassar, coto dapat ditemui di banyak tempat. Di jalan
besar, kawasan pertokoan, kawasan perumahan, pasar, bahkan di gang-gang kecil
pun banyak warung yang menjajakan makanan yang selalu disajikan di dalam
mangkuk kecil dan disantap bersama ketupat atau nasi. Coto Makassar ini terbuat
dari daging atau jeroan,untuk itu yang berpotensi terserang kolesterol adalah
orang yang suka mengonsumsi coto secara berlebihan. Selain itu keripik kentang
,penjual keripik kentang sangat mudah ditemukan di Kota ini. Makanan jenis ini
kurang baik bagi kesehatan karena umumnya digoreng dengan minyak yang tidak
diganti setiap kali menggoreng
b. Faktor Keturunan
Penelitian pada manusia maupun hewan menunjukan bahwa obesitas terjadi karena faktor interaksi gen dan lingkungan. Dari hasil penelitian gizi di Amerika Serikat, dilaporkan bahwa anak-anak dari orangtua normal mempunyai 10% peluang menjadi gemuk. Peluang itu akan bertambah menjadi 40-50% bila salah satu orangtua menderita obesitas dan akan meningkat menjadi 70-80% bila kedua orangtua menyandang obesitas. Oleh karena itu, bayi yang lahir dari orangtua yang tambun akan mempunyai kecenderungan menjadi gemuk.
Penelitian pada manusia maupun hewan menunjukan bahwa obesitas terjadi karena faktor interaksi gen dan lingkungan. Dari hasil penelitian gizi di Amerika Serikat, dilaporkan bahwa anak-anak dari orangtua normal mempunyai 10% peluang menjadi gemuk. Peluang itu akan bertambah menjadi 40-50% bila salah satu orangtua menderita obesitas dan akan meningkat menjadi 70-80% bila kedua orangtua menyandang obesitas. Oleh karena itu, bayi yang lahir dari orangtua yang tambun akan mempunyai kecenderungan menjadi gemuk.
c. Faktor Hormon
Menurunya hormon tyroid dalam tubuh akibat menurunnya fungsi kelenjar tyroid akan mempengaruhi metabolisme dimana kemampuan menggunakan energy akan berkurang. Pada perempuan yang sedang mengalami menopause dapat terjadi penurunan fungsi hormon thyroid. Kemampuan untuk menggunakan energi akan berkurang dengan menurunnya fungsi hormon ini. Hal tersebut terlihat dengan menurunnya metabolisme tubuh sehingga menyebabkan kegemukan.
Menurunya hormon tyroid dalam tubuh akibat menurunnya fungsi kelenjar tyroid akan mempengaruhi metabolisme dimana kemampuan menggunakan energy akan berkurang. Pada perempuan yang sedang mengalami menopause dapat terjadi penurunan fungsi hormon thyroid. Kemampuan untuk menggunakan energi akan berkurang dengan menurunnya fungsi hormon ini. Hal tersebut terlihat dengan menurunnya metabolisme tubuh sehingga menyebabkan kegemukan.
d. Faktor Psikologis
Faktor psikologis ini dapat mempengaruhi kebiasaan makan. Sebagian orang makan lebih banyak sebagai respon terhadap keadaan mood negatif seperti sedih, bosan, atau marah. Sebagian lagi mungkin mengalami gangguan makan seperti dorongan makan yang kurang terkendali (binge eating) walaupun sudah kenyang, atau kebiasaan ngemil yang sulit dihentikan. Orang-orang seperti ini sangat berisiko terhadap kegemukan, dan perlu mendapatkan perlakuan khusus, seperti konseling atau terapi psikologi lainnya
Faktor psikologis ini dapat mempengaruhi kebiasaan makan. Sebagian orang makan lebih banyak sebagai respon terhadap keadaan mood negatif seperti sedih, bosan, atau marah. Sebagian lagi mungkin mengalami gangguan makan seperti dorongan makan yang kurang terkendali (binge eating) walaupun sudah kenyang, atau kebiasaan ngemil yang sulit dihentikan. Orang-orang seperti ini sangat berisiko terhadap kegemukan, dan perlu mendapatkan perlakuan khusus, seperti konseling atau terapi psikologi lainnya
e. Gaya Hidup (Life Style) yang Kurang Tepat
Peningkatan obesitas dari tahun ke tahun ditengarai sebagai akibat dari perubahan gaya hidup Kemajuan sosial ekonomi, teknologi dan informasi yang global telah menyebabkan perubahan gaya hidup yang meliputi pola pikir dan sikap, yang terlihat dari pola kebiasaan makan dan beraktifitas fisik. Perubahan pasar modern telah memacu perubahan gaya hidup. Penelitian Setyaningrum (2007) memperlihatkan bahwa 43,4% responden remaja usia pubertas sering mengkonsumsi makanan siap saji. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara konsumsi makanan cepat saji dengan kejadian obesitas. Selain itu Kemajuan teknologi, seperti adanya kendaraan bermotor, lift, dan lain sebagainya dapat memicu terjadinya obesitas karena kurangnya aktifitas fisik yang dilakukan oleh sesorang. Gaya hidup yang seperti ini yang meningkatkan risiko obesitas.
Peningkatan obesitas dari tahun ke tahun ditengarai sebagai akibat dari perubahan gaya hidup Kemajuan sosial ekonomi, teknologi dan informasi yang global telah menyebabkan perubahan gaya hidup yang meliputi pola pikir dan sikap, yang terlihat dari pola kebiasaan makan dan beraktifitas fisik. Perubahan pasar modern telah memacu perubahan gaya hidup. Penelitian Setyaningrum (2007) memperlihatkan bahwa 43,4% responden remaja usia pubertas sering mengkonsumsi makanan siap saji. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara konsumsi makanan cepat saji dengan kejadian obesitas. Selain itu Kemajuan teknologi, seperti adanya kendaraan bermotor, lift, dan lain sebagainya dapat memicu terjadinya obesitas karena kurangnya aktifitas fisik yang dilakukan oleh sesorang. Gaya hidup yang seperti ini yang meningkatkan risiko obesitas.
f. Pemakaian Obat-Obatan
Efek samping beberapa obat dapat menyebabkan meningkatnya berat badan, misalnya obat kontrasepsi. Obat-obatan seperti steroid, anti depresi, anti psychotics dan anti epileptic bisa menstimulasi nafsu makan. Selain itu obat tekanan darah tinggi, penyakit jantung dan pil kontrasepsi pun bisa menyebabkan berat badan bertambah
Efek samping beberapa obat dapat menyebabkan meningkatnya berat badan, misalnya obat kontrasepsi. Obat-obatan seperti steroid, anti depresi, anti psychotics dan anti epileptic bisa menstimulasi nafsu makan. Selain itu obat tekanan darah tinggi, penyakit jantung dan pil kontrasepsi pun bisa menyebabkan berat badan bertambah
5.
Cara
Pengukuran tingkat obesitas
A.
Pengukuran Secara Antropometrik
1. Body Mass Index (BMI)
1. Body Mass Index (BMI)
Body Mass Index (BMI) adalah sebuah
ukuran “berat terhadap tinggi” badan yang umum digunakan untuk menggolongkan
orang dewasa ke dalam kategori Underweight (kekurangan berat badan), Overweight
(kelebihan berat badan) dan Obesitas (kegemukan). Rumus atau cara menghitung BMI,
yaitu BMI (Body Mass Index), yang didapat dengan cara membagi berat badan (kg)
dengan kuadrat dari tinggi badan (meter). Nilai BMI yang didapat tidak
tergantung pada umur dan jenis kelamin.
Klasifikasi
BMI menurut WHO (1998)
2.RLPP (rasio lingkar pinggang dan pinggul)
Untuk menilai timbunan lemak perut dapat digunakan cara lain, yaitu dengan mengukur rasio lingkar pinggang dan pinggul (RLPP) atau mengukur lingkar pinggang (LP).Rumus yang digunakan cukup sederhana Sebagai patokan lihat tabel dibawah ini :
Untuk menilai timbunan lemak perut dapat digunakan cara lain, yaitu dengan mengukur rasio lingkar pinggang dan pinggul (RLPP) atau mengukur lingkar pinggang (LP).Rumus yang digunakan cukup sederhana Sebagai patokan lihat tabel dibawah ini :
Pinggang
berukuran ≥ 90 cm merupakan tanda bahaya bagi pria, sedangkan untuk wanita
risiko tersebut meningkat bila lingkar pinggang berukuran ≥ 80 cm. Jadi “Jangan
hanya menghitung tinggi badan, berat badan dan IMT saja, lebih baik jika
disertai dengan mengukur lingkar pinggang”.
3. Indeks BROCCA
Satu cara lain untuk mengukur obesitas adalah dengan menggunakan indeks Brocca, dengan rumus sebagai berikut:
Bila hasilnya:
90-110% = Berat badan normal
110-120% = Kelebihan berat badan (Overweight)
>120% = Kegemukan (Obesitas)
Satu cara lain untuk mengukur obesitas adalah dengan menggunakan indeks Brocca, dengan rumus sebagai berikut:
Bila hasilnya:
90-110% = Berat badan normal
110-120% = Kelebihan berat badan (Overweight)
>120% = Kegemukan (Obesitas)
B.Pengukuran Secara Laboratorik
1. BOD POD
BOD
POD merupakan salah satu alat untuk mengukur lemak dalam tubuh, yaitu berupa
ruang berbentuk telur yang telah dikomputerisasi. Setelah seseorang memasuki
BOD POD, jumlah udara yang tersisa digunakan untuk mengukur lemak tubuh
2.DEXA(dual energy X-ray absorptiometry)
2.DEXA(dual energy X-ray absorptiometry)
Dual
energy X-ray absoprtiometri adalah salah satu cara menentukan umla dan lokasi
lemak dalam tubuh yaitu dengan cara menyerupai skening tulang. Sinar X
digunakan untuk menentukan jumlah dan lokasi dari lemak tubuh.
3. Bioelectric Impedance Analysis (analisa tahanan bioelektrik)
3. Bioelectric Impedance Analysis (analisa tahanan bioelektrik)
BIA
ini juga merupakan salah satu cara pengukuran obesitas yaitu dengan cara
penderita berdiri di atas skala khusus dan sejumlah arus listrik yang tidak
berbahaya dialirkan ke seluruh tubuh lalu dianalisa.
6.
Mekanisme
Terjadinya Obesitas
Obesitas terjadi karena energi
intake lebih besar dari energi expenditure. Apapun penyebabnya, yang menjadikan
seseorang obesitas pada dasarnya adalah energi intake atau masukan yang didapat
dari makanan atau lainnya lebih besar dibandingkan energi expenditure atau
energi yang dikeluarkan.
7.
Hubungan
Obesitas terhadap Penyakit Jantung Koroner (PJK)
Obesitas adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan
adanya kelebihan berat badan. Kata obesitas berasal dari bahasa latin yang
berarti makan berlebihan. Obesitas merupakan masalah yang kompleks, dengan
penyebab yang bersifat multifaktorial. Obesitas adalah
pintu masuknya berbagai macam penyakit, yang paling banyak adalah jantung koroner dan stroke.
Mereka yang mengalami obesitas cenderung menderita penyakit jantung,
hipertensi, stroke, diabetes melitus, dan jenis kanker tertentu. Kematian yang
disebabkan oleh penyakit-penyakit tersebut meningkat secara drastis terutama
untuk body mass index di atas 30.
Penyakit Jantung Koroner adalah penyempitan/penyumbatan
(arteriosclerosis) pembuluh arteri koroner yang disebabkan oleh penumpukan dari
zat-zat lemak (kolesterol, trigliserida) yang makin lama makin banyak dan
menumpuk di bawah lapisan terdalam (endotelium) dari dinding pembuluh nadi.
Dengan tersumbatnya Arteri Koroner, maka hal ini akan
mengurangi atau menghentikan aliran darah mensupply oksigen ke otot2 jantung,
sehingga mengganggu kerja jantung sebagai pemompa darah. Dan bila sampai otot2
jantung kekurangan supply darah maka jantung akan menjadi lemah dan tidak dapat
menyediakan darah ke seluruh bagian tubuh.
Berdasarkan
data pada penelitian ini,bahwa dari 68 responden yang obesitas ditemukan 54
orang (79,4%) yang menderita PJK (Penyakit Jantung Koroner).Dengan
demikian,dapat diinterpretasikan bahwa terdapat hubungan antara obesitas
terhadap kejadian penyakit jantung koroner (PJK) di RSUP.DR Wahidin
Sudirohusodo Makassar Tahun 2007.
Pemicu
responden yang obesitas dikaitkan dengan gaya hidup ,asupan makanan, kurang aktifitas fisik, dan merokok .Walaupun
belum bisa ditentukan apakah asupan makanan yang menyebabkan polimerfisme atau
sebaliknya namun asupan makanan lemak dan karbohidrat dengan jumlah kalori
berlebih potensial menyebabkan obesitas. Kondisi ini apabila berlangsung
terus-menerus akan menyebabkan disfungsi sel lemak yang selanjutnya akan
terjadi peningkatan penyakit kardiovaskuler.
Ditunjang dengan makanan khas Kota
Makassar cenderung menyajikan makanan yang sarat akan kandungan lemak seperti:
Coto Makassar,sop konro dan sop saudara. Dimana makanan khas ini sangat
digemari warga Kota Makassar,makanan ini berupa sop berkuah dengan bahan-bahan
dasar yang terdiri dari usus, hati, otak, daging sapi atau kuda, tulang rusuk
sapi atau kerbau.Dari semua bahan makanan tersebut, merupakan pemicu kolesterol.
Peningkatan
obesitas dari tahun ke tahun ditengarai sebagai akibat dari perubahan gaya
hidup Kemajuan sosial ekonomi, teknologi
dan informasi yang global telah menyebabkan perubahan gaya hidup yang meliputi
pola pikir dan sikap, yang terlihat dari pola kebiasaan makan dan beraktifitas fisik. Perubahan pasar modern telah memacu perubahan gaya
hidup. Nampak jelas kehidupan modern yang
terjadi di Kota Makassar yang sekarang menuju Kota dunia dilihat dari
kecanggihan teknologi yang membuat masyarakatnya kurang beraktivitas serta
menjamurnya makanan siap saji . Hidangan
cepat saji yang kian menjamur mengakibatkan obesitas yang menimbulkan
komplikasi lain seperti peningkatan kadar kolesterol, penyempitan pembuluh
darah, peningkatan risiko penyakit jantung, dan kelebihan berat badan. Fast
food juga menyebabkan kecanduan sehingga sulit menghilangkan kebiasaan
menyantap makanan berminyak dan berlemak disertai minuman karbonasi (soft drink).
Disimpulkan, konsumsi rutin fast food
menyebabkan kondisi tubuh tidak sehat secara keseluruhan yakni malnutrisi,
obesitas, peningkatan risiko serangan jantung dan hipertensi. Jika sudah Obesitas,maka dengan mudah
berbagai macam penyakit berdatangan salah satunya Penyakit Jantung Koroner
(PJK). Selain itu pemicunya melalui obat-obatan,jika seseorang
dalam kondisi sakit maka bermacam-macam obat dapat diberikan dengan maksud
untuk penyembuhan. Ada beberapa obat yang dapat merangsang “pusat lapar”
sehingga seorang pasien akan meningkat nafsu laparnya. Dalam keadaan
penyembuhan yang cukup lama,penggunaan obat ini akan menyebabkan timbulnya
obesitas.
Obesitas
sendiri menyebabkan penyakit jantung koroner melalui berbagai cara, yaitu
dengan cara perubahan lipid darah, yaitu peninggian kadar kolesterol darah,
kadar LDL-kolesterol meningkat (kolesterol jahat, yaitu zat yang mempercepat
penimbunan kolesterol pada dinding pembuluh darah), penurunan kadar
HDL-kolesterol (kolesterol baik, yaitu zat yang mencegah terjadinya penimbunan
kolesterol pada dinding pembuluh darah) dan hipertensi.
8.
Cara-cara
penanggulangan Obesitas
A. Diet
Para ahli
mengakui bahwa dengan diet yang benar, berarti kita telah memenangi separuh
pertempuran menurunkan berat badan. Diet yang rendah kalori dan tinggi serat
perlu diupayakan, disamping pembakaran yang teratur melalui olahraga setiap
hari, sehingga tercapai balance yang negatif, pembakaran kalori lebih banyak
daripada pemasukan. Diet ini hanya boleh diterapkan selama 12 minggu dengan
pengawasan dokter. Pemberian diet cara ini mempunyai efek samping yaitu:
terbentuknya batu empedu, diare, kekurangan protein, tekanan darah rendah.
Ada beberapa tips yang bisa kita
pegang dalam berdiet:
1. Jangan makan lebih. Bila perlu makanan kecil, cari snack rendah kalori seperti
1. Jangan makan lebih. Bila perlu makanan kecil, cari snack rendah kalori seperti
Buah, atau roti gandum.
2.
Kurangi, hanya sejumlah kecil, asupan kalori per hari ( kurang lebih 600
kkal).
3. Bila anda memasak, hindari banyak
mencicipi; pilih masakan yang rendah lemak, baca label makanan dengan baik.
Sebagai pedoman, jangan mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak total lebih
dari 8 gram dan lemak jenuh lebih dari 3 gram per 100 gram makanan. Lebih baik
masak dengan cara dikukus, dibakar, direbus, atau dalam atau dalam microwave,
daripada digoreng atau dipanggang.
4. Makan lebih sedikit lemak – 30 %
dari keseluruhan jumlah kalori yang dikonsumsi. Mengurangi lemak akan
mengurangi asupan kalori dan memperbanyak turunnya BB.
5. Hindari alkohol, karena kalorinya
tinggi tapi nutrisi lainnya sangat kurang. Minum kopi atau teh tanpa gula,
mungkin pada dua minggu pertama terasa pahit, akan tetapi kelak anda akan
merasakan yang tawar itu juga sedap.
6. Makan yang seimbang, artinya yang
dimakan dan diminum sesuai dengan kalori yang dibutuhkan.
7. Pilih makanan kaya serat karena lebih
cepat mengenyangkan. Batasi pemakaian garam dalam makanan.
B. Olahraga
Olahraga akan merangsang hipofisis untuk mensekresi hormone pertumbuhan dan hormone tersebut akan mendorong perubahan komposisi tubuh menjauhi penyimpanan lemak menuju peningkatan protein otot, sehingga lemak dalam tubuh bisa direduksi. Berjalan kaki, jogging, dan bersepeda merupakan salah satu olah raga ringan namun tetap bisa memberikan dampak yang positif terhadap penurunan berat badan karena selama berolah raga, tubuh menggunakan lemak sebagai bahan bakar energi. Berolahraga setiap hari, jalan 30 menit tiap hari akan membakar 150 kalori, dan dapat menurunkan berat badan hingga 6-7 kilogram dalam setahun. Diet yang dikombinasikan dengan olah raga dapat menurunkan berat badan sekitar 1 kg.
C. Mengkonsumsi obat
Tiga prinsip mekanisme kerja obat-obatan untuk menurunkan BB atau mencegah peningkatan BB:
Olahraga akan merangsang hipofisis untuk mensekresi hormone pertumbuhan dan hormone tersebut akan mendorong perubahan komposisi tubuh menjauhi penyimpanan lemak menuju peningkatan protein otot, sehingga lemak dalam tubuh bisa direduksi. Berjalan kaki, jogging, dan bersepeda merupakan salah satu olah raga ringan namun tetap bisa memberikan dampak yang positif terhadap penurunan berat badan karena selama berolah raga, tubuh menggunakan lemak sebagai bahan bakar energi. Berolahraga setiap hari, jalan 30 menit tiap hari akan membakar 150 kalori, dan dapat menurunkan berat badan hingga 6-7 kilogram dalam setahun. Diet yang dikombinasikan dengan olah raga dapat menurunkan berat badan sekitar 1 kg.
C. Mengkonsumsi obat
Tiga prinsip mekanisme kerja obat-obatan untuk menurunkan BB atau mencegah peningkatan BB:
a.Mengurangi asupan energi
Obat-obatan ini bekerja sebagai penekan nafsu makan, yang disebut juga preparat, yang mempunyai efek neurotransmitter, seperti serotonin, yaitu suatu zat di otak yang dapat mempengaruhi persepsi orang terhadap rasa lapar (appetite suppresant).
Golongan ini mempunyai 2 kelas utama berdasarkan aktifitasnya, yaitu:
Obat-obatan ini bekerja sebagai penekan nafsu makan, yang disebut juga preparat, yang mempunyai efek neurotransmitter, seperti serotonin, yaitu suatu zat di otak yang dapat mempengaruhi persepsi orang terhadap rasa lapar (appetite suppresant).
Golongan ini mempunyai 2 kelas utama berdasarkan aktifitasnya, yaitu:
1.
Golongan katekolaminergik, seperti amfetamine, fenilpropanolamin
2.Golongan
seretonergik, seperti fenfluramine, dexfenfluramine, dan ‘antidepressant selective reuptake inhibitors (SSRIS)’,
seperti fluoxetine and sertraline.
b.Mengurangi penyerapan makanan
Ditemukan obat-obatan yang menghambat kerja enzim di saluran cerna – salah satunya adalah menghambat penyerapan lemak, sehingga total kalori yang diserap tubuh dapat dikurangi. Orlistat (Xenical), adalah obat pertama dari kelompok obat-obatan penghambat enzim lipase pankreas dan lambung, yang bekerja lokal di saluran cerna. Dengan cara demikian, lemak sebesar 30% tidak diserap oleh tubuh, melainkan dieksresikan melalui feses. Walaupun demikian, orlistat tidak mengganggu kerja intestinal lainnya dan tidak berinteraksi dengan kebanyakan obat-obat yang diresepkan untuk pasien yang mengalami masalah dengan berat badan karena ia bekerja secara selektif sehingga tidak mempengaruhi susunan saraf pusat seperti obat-obat anti obesitas lainnya. Obat ini juga hanya menyerap 3% dari dosis oral sehingga tidak terdeteksi adanya efek sistemik.
b.Mengurangi penyerapan makanan
Ditemukan obat-obatan yang menghambat kerja enzim di saluran cerna – salah satunya adalah menghambat penyerapan lemak, sehingga total kalori yang diserap tubuh dapat dikurangi. Orlistat (Xenical), adalah obat pertama dari kelompok obat-obatan penghambat enzim lipase pankreas dan lambung, yang bekerja lokal di saluran cerna. Dengan cara demikian, lemak sebesar 30% tidak diserap oleh tubuh, melainkan dieksresikan melalui feses. Walaupun demikian, orlistat tidak mengganggu kerja intestinal lainnya dan tidak berinteraksi dengan kebanyakan obat-obat yang diresepkan untuk pasien yang mengalami masalah dengan berat badan karena ia bekerja secara selektif sehingga tidak mempengaruhi susunan saraf pusat seperti obat-obat anti obesitas lainnya. Obat ini juga hanya menyerap 3% dari dosis oral sehingga tidak terdeteksi adanya efek sistemik.
c.Meningkatkan pembakaran energi
Energi dapat dibakar dengan
melakukan aktifitas fisik atau merubah Tingkat Metabolik Basal (BMR) dengan
melakukan perubahan pada sistem syaraf simpatik. Obat yang berefek pada BMR dan
termogenesis ini, seperti zat beta agonist, BRL 26830A, masih dalam tahap
penelitian
D. Pembedahan
Operasi pada penderita obesitas hanya direkomendasikan pada mereka yang gagal menjalankan diet, olahraga, dan konsumsi obat-obatan. Operasi ini dilakukan dengan melakukan pemotongan sebagian usus si gemuk, atau operasi bariatik dengan memasang klem pada lambung. Beberapa rumah sakit juga dapat melakukan penyedotan lemak perut atau liposuction. Adapula yang melakukan mesoterapi, yaitu suntikan ke bawah kulit untuk membakar lemak.
D. Pembedahan
Operasi pada penderita obesitas hanya direkomendasikan pada mereka yang gagal menjalankan diet, olahraga, dan konsumsi obat-obatan. Operasi ini dilakukan dengan melakukan pemotongan sebagian usus si gemuk, atau operasi bariatik dengan memasang klem pada lambung. Beberapa rumah sakit juga dapat melakukan penyedotan lemak perut atau liposuction. Adapula yang melakukan mesoterapi, yaitu suntikan ke bawah kulit untuk membakar lemak.
E. Akupuntur
Terapi akupunktur yang dasar pengobatanya merupakan suatu terapi yang menjadi pilihan masyarakat untuk mengatasi obesitas. Akupunktur juga merupakan solusi untuk menurunkan berat badan bagi orang yang karena kondisi kesehatanya tidak dapat menggunakan obat-obatan atau tidak dapat manjalani operasi. Peranan akupunktur dalam menurunkan berat badan diantaranya melalui mekanisme neurohumoral yang dapat menghambat nafsu makan, mengurangi fungsi lambung dan usus yang berlebih dalam pencernaan dan penyerapaan makanan.
Terapi akupunktur yang dasar pengobatanya merupakan suatu terapi yang menjadi pilihan masyarakat untuk mengatasi obesitas. Akupunktur juga merupakan solusi untuk menurunkan berat badan bagi orang yang karena kondisi kesehatanya tidak dapat menggunakan obat-obatan atau tidak dapat manjalani operasi. Peranan akupunktur dalam menurunkan berat badan diantaranya melalui mekanisme neurohumoral yang dapat menghambat nafsu makan, mengurangi fungsi lambung dan usus yang berlebih dalam pencernaan dan penyerapaan makanan.
9.
Program Pemerintah
Program Nasional di bidang
kesehatan :
a. Lingkungan
sehat,Perilaku sehat,dan pemberdayaan masyarakat
b. Upaya
Kesehatan
c. Perbaikan
Gizi Masyarakat
d. Sumber
Daya Kesehatan
e. Obat,Makan
dan Bahan Berbahaya
f. Kebijakan
dan Manajemen Pembangunan Kesehatan
Pogram Kesehatan Kota Makassar
a. Peningkatan
Sarana dan Prasarana
b. Pencegahan
dan Pemberantasan penyakit menular
c. Penanggulangan
Gizi Buruk
d. Kesehatan
Ibu dan Anak
Tugas utama kesehatan adalah
memelihara dan meningkatkan kesehatan segenap warga negaranya yaitu setiap
individu, keluarga dan masyarakat
Indonesia tanpa meninggalkan upaya penyembuhan
penyakit, pemulihan kesehatan dan perbaikan kualitas lingkungannya.
Titik
berat Pembangunan Nasional yang telah dicanangkan oleh Presiden RI pada
tanggal 1 Maret 1999 yaitu Pembangunan
Nasional Berwawasan Kesehatan yang artinya setiap sektor harus mempertimbangkan
aspek kesehatan dalam setiap program pembangunan. Hal ini berarti pula
kesehatan merupakan bagian integral dari
program pembangunan nasional (Propenas) yang juga telah ditetapkan melalui
Undang-undang Nomor 25 Tahun 2000.
Namun,meskipun
sudah dicanangkannya berbagai program kesehatan baik tingkat nasional maupun
provensi dan kab/kota tapi belum juga menunjukkan hasil yang signifikan dalam
hal penurunan prevalensi Obesitas. Prevalensi obesitas di
Indonesia mengalami peningkatan mencapai tingkat yang membahayakan. Ditinjau dari Prevalensi obesitas di
Indonesia yang terus mengalami peningkatan mencapai tingkat yang membahayakan.
Ini menunjukkan bahwa pemerintah belum mampu menangani kasus penderita
Obesitas.Berdasarkan data SUSENAS tahun 2004
prevalensi obesitas pada anak telah mencapai 11%. Di Indonesia hingga tahun
2005 prevalensi gizi baik 68,48%, gizi kurang 28%, gizi buruk 88%, dan gizi
lebih 3,4% (Data SUSENAS, 2005).
Sedangkan berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, prevalensi nasional obesitas umum pada penduduk berusia ≥ 15 tahun adalah 10,3% terdiri dari (laki-laki 13,9%, perempuan 23,8%). Sedangkan prevalensi berat badan berlebih anak-anak usia 6-14 tahun pada laki-laki 9,5% dan pada perempuan 6,4%. Angka ini hampir sama dengan estimasi WHO sebesar 10% pada anak usia 5-17 tahun.
Sedangkan berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, prevalensi nasional obesitas umum pada penduduk berusia ≥ 15 tahun adalah 10,3% terdiri dari (laki-laki 13,9%, perempuan 23,8%). Sedangkan prevalensi berat badan berlebih anak-anak usia 6-14 tahun pada laki-laki 9,5% dan pada perempuan 6,4%. Angka ini hampir sama dengan estimasi WHO sebesar 10% pada anak usia 5-17 tahun.
Menurut
data Susenas tahun 1995 dan 1998 di Sulawesi Selatan. angka kegemukan cukup
tinggi, yaitu dari 4,7% ke 6,22% dengan menggunakan indikator BB/U median baku
WHO-NCHS. Hal ini menunjukkan jika masalah tersebut tidak segera diatasi, maka
beban pemerintah khususnya Departemen Kesehatan akan semakin bertambah (Kanwil Depkes, 1998).Sedangkan prevalensi obesitas pada kelompok umur 6-14
tahun berdasarkan Riskesdar 2007 di Sul-Sel terdapat 7,4% laki-laki dan 4,8%
perempuan. Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO) mencatat, pada tahun 2005, secara global ada sekitar 1,6 miliar
orang dewasa yang kelebihan berat badan atau overweight dan 400 juta di
antaranya dikategorikan obesitas.
Penelitian
Obesitas yang dilakukan di RSUP.DR Wahidin Sudirohusodo Makassar Tahun 2007
selama kurang lebih 1 bulan (21 Mei – 21 Juni 2007) bahwa ada 68 responden yang
obesitas.
Data-data tersebut merupakan indicator penilaian bahwa
belum berhasilnya program-program pemerintah di bidang kesehatan khususnya
status gizi karena prevalensi penderita obesitas masih meningkat tiap tahunnya.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. Obesitas
merupakan suatu penyakit multifaktorial yang terjadi akibat akumulasi jaringan
lemak yang berlebihan dan dapat mengganggu kesehatan. Obesitas terjadi bila
ukuran dan jumlah sel lemak bertambah.
2. WHO
menyatakan bahwa obesitas telah menjadi masalah dunia. Data yang dikumpulkan
dari seluruh dunia memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan prevalensi
overweight dan obesitas pada 10-15 tahun terakhir, saat ini diperkirakan
sebanyak lebih dari 100 juta penduduk dunia menderita obesitas.
3. Ada
hubungan status Obesitas dengan Kejadian penyakit jantung koroner (PJK) di
RSUP.DR Wahidin Sudirohusodo Makassar Tahun 2007.
4. Obesitas
merupakan suatu faktor risiko Penyakit Jantung Koroner (PJK) serta meningkatkan mortalitas dan morbiditas
kardiovaskuler secara Langsung maupun tidak langsung.
B.
Saran
1. Bagi penderita obesitas disarankan
untuk bisa memilih makanan yang baik dan sehat serta sesuai dengan kecukupan
tubuhnya. Pengurangan
kalori dan meningkatkan olah raga merupakan cara alami yang murah serta untuk mengurangi risiko penyakit
Jantung Koroner (PJK) meskipun tidak mudah untuk mempertahankan dalam jangka waktu lama.
2. Bila
perubahan cara hidup gagal menurunkan Berat Badan , perlu diberikan obat obat-obatan yang aman dan efektif ,
sebaiknya dipilih obat yang bekerja
lokal pada usus karena efek samping nya lebih kecil dibandingkan dengan yang sistemis.
3. Perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut dengan desain penelitian longitudinal untuk
mengetahui determinan Penyakit Jantung Koroner (PJK) .Peneliti selanjutnya
perlu melakukan penelitian tentang hubungan obesitas terhadap faktor resiko
kejadian Penyakit Jantung Koroner (PJK).
C.
HAMBATAN
1. Waktu
yang diberikan dalam penyusunan makalah ini,masih kurang J
DAFTAR
PUSTAKA
1. Kuncoro,
T. 1996. Pengembangan Kurikulum Pelatihan Magang di STM Nasional Malang Jurusan
Bangunan, Program Studi Bangunan Gedung: Suatu Studi Berdasarkan Kebutuhan
Dunia Usaha Jasa Konstruksi . Tesis tidak diterbitkan. Malang: PPS IKIP MALANG
2. Arul.2009.Obesitas.(Online),(http://adul2008.wordpress.com/2009/04/11/obesitas/ ,
diakses 27 Mei 2011).
3. Fadilah.2011.Obesitas
dan Penyakit Jantung Koroner.Artikel Ilmu
Penyakit Dalam.(Online), (http://dokternetworkangk97.blogspot.com/2011/01/obesitas-dan-penyakit-jantung-koroner.html,
diakses 27 Mei 2011).
4. Zullies.2009.MenumpasObesitas.(Online),(https://zulliesikawati.wordpress.com/tag/obesitas/,diakses 27
mei 2011).
5. Indarto.2008.FaktorpenyebabObesitas.(Online),(http://reseplangsing.blogspot.com/2008/10/beberapa-faktor-penyebab-obesitas.html,diakses 28
mei 2011).
6. Gusmiati.2011.Fast
Food ,pemicu obesitas dan penyakit jantung.(Online),( http://www.primaironline.com/berita/rileks/535304-fast-food-pemicu-obesitas-dan-penyakit-jantung,diakses
28 Mei 2011).
7. Anonim.2007.Profil
Kesehatan Kota Makassar Tahun 2007.(Online),( http://dinkes-sulsel.go.id/new/images/profil_kab/profil%20makassar-2007.pdf,diakses
28 Mei 2011).
8. Jungelian.2008.Mari
mengenal lebih jauh tentang jantung koroner.(Online),( http://www.indoforum.org/t39007/,diakses 28
Mei 2011).
LAMPIRAN
Gambaran Umum Lokasi
1.
Kota
Makassar
Kota
Makassar sebagai ibukota Propinsi Sulawesi Selatan juga merupakan pintu gerbang
dan pusat perdagangan Kawasan Timur Indonesia. Secara geografis Kota Makassar
terletak di Pesisir Pantai Barat bagian selatan Sulawesi Selatan, pada titik
koordinat 119°, 18’, 27’, 97” Bujur Timur dan 5’. 8’, 6’, 19” Lintang Selatan.
Secara
administratif Kota Makassar mempunyai
batas-batas wilayah yaitu
Sebelah
Selatan berbatasan dengan Kabupaten
Gowa, Sebelah utara erbatasan dengan Kabupaten Pangkajene Kepulauan, Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten
Maros dan Sebelah barat berbatasan dengan Selat Makassar. Topografi pada
umumnya berupa daerah pantai. Letak
ketinggian Kota Makassar berkisar 0,5 – 10 meter dari permukaan laut.
Kota
Makassar memiliki luas wilayah 175,77
km2 yang terbagi kedalam 14 Kecamatan dan 143 Kelurahan. Selain memiliki
wilayah daratan, Kota makassar juga memiliki wilayah kepulauan yang dapat dilihat sepanjang garis pantai Kota makassar. Adapun pulau-pulau di
wilayahnya merupakan bagian dari dua Kecamatan yaitu Kecamatan Ujung
Pandang dan Ujung Tanah. Pulau-pulau ini
merupakan gugusan pulau-pulau karang sebanyak 12 pulau, bagian dari gugusan
pulau-pulau Sangkarang, atau disebut juga Pulau-pulau Pabbiring atau lebih
dikenal dengan nama Kepulauan Spermonde. Pulau-pulau tersebut adalah Pulau
Lanjukang (terjauh), pulau Langkai, Pulau Lumu-lumu, Pulau Bone Tambung,
Pulau Kodingareng, pulau Barrang Lompo,
Pulau Barrang Caddi, pulau Kodingareng Keke, Pulau Samalona, Pulau Lae-Lae,
Pulau Gusung, dan Pulau Kayangan (terdekat).
Fasilitas Kesehatan
Pada
tahun 2003 di Kota Makassar terdapat 16 Rumah Sakit, yang terdiri dari 4 Rumah
Sakit Pemerintah, 7 Rumah Sakit Swasta dan 3 Rumah Sakit ABRI serta 2 Rumah
Sakit Khusus. Jumlah Puskesmas 75 unit, yang terdiri dari 36 puskesmas dan 39
puskesmas pembantu.
JUMLAH SARANA KESEHATAN DIRINCI MENURUT
PEMILIKAN
DI KOTA MAKASSAR 2000-2003
JUMLAH
RUMAH BERSALIN, POLIKLINIK, PUSKESMAS
DAN
BKIA DIRINCI MENURUT KECAMATAN DI KOTA MAKASSAR TAHUN 2003
2.
RSUP.DR
Wahidin Sudirohusodo
RSUP.DR Wahidin
Sudirohusodo mempunyai fasilitas dan kemampuan menyelenggarakan hamper semua
jenis pelayanan kedokteran baik spesialis maupun subspesialis ,sehingga layak
menjadi pusat layanan rujukan di kawasan Timur Indonesia. Luas lahan RSWS
adalah 8,4 HA serta luas bangunan 39.246 m2. Kapasitas tempat tidur berjumlah
610 buah terdiri dari kelas utama 43 buah (7,05%),kelas I 66 buah
(10,82%),Kelas II 179 buah (29,34%),dan kelas III 272 buah (44,59%),serta 50
tempat tidur dialokasikan di pelayanan lainnya seperti intensif 20
buah,Intermediate 21 buah, dan kamar isolasi sebanyak 9 buah tempat tidur.
0 komentar:
Posting Komentar