ANALISIS
PENANGGULANGAN KEMISKINAN MELALUI
KEGIATAN
HOME INDUSTRI UNGGULAN (KHILAN)
KOTA
PALOPO
Oleh : Burhan Sesa
Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (STISIP) Veteran Palopo
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Salah
satu program prioritas Pemerintah Indonesia sebagaimana yang digagas sejak
Kabinet Pembangunan Jilid I dan II, sejalan yang diagendakan pada program
pembangunan MDGS (Millineium Development
Goals) adalah pengentasan kemiskinan, mengingat masih sebagian besar penduduk /
masyarakat kita masih tergolong masyarakat Pra sejahtera. Salah satu penyebab
tingginya angka kemiskinan yang menggurita masyarakat kita, disebabkan karena
beberapa hal yang fundamental belum tersentuh dengan baik berupa kebijakan pembangunan pemerintah, selain itu
dapat terjadi berupa kesenjangan
penyebaran pelaksanaan pembangunan antar pedesaan dan perkotaan maupun antar
kawasan. Tidak meratanya pembangunan sarana dan prasarana yang disalurkan /
dianggarkan untuk dapat menjangkau kebutuhan
daerah.
Faktor
kemiskinan yang masih menggurita diberbagai sudut Kota, dan daerah marjinal,
diduga penyebabnya utama adalah dari dimensi pendidikan dan kesehatan. Dengan
kalausal pendidikan masyarakat yang rendah dipandang sebagai penyebab
kemiskinan. Hal ini terjadi ditinjau dari sudut Sumber daya manusia tidak
berkembang dan mengembangkan potensi dirinya. Demikian pula dimensi kesehatan, rendahnya
mutu kesehatan masyarakat menyebabkan terjadinya kemiskinan, dengan
pertimbangan bahwa dukungan kesehatan yang tidak prima, tidak dapat mendukung
dalam mencari peluang / kesempatan dalam memperbaiki tarap hidup dan kehidupan
keluarganya, “Walaupun kedua dimensi ini, sudah digaungkan pemerintah melalui kebijakan pendidikan dan
kesehatan Gratis”. Selain kedua dimensi yang turut diduga memberikan andil kemiskinan adalah ketidak berdayaan masyarakat
dalam memenuhi kebutuhan ekonomi, yang
dari hari ke hari menunjukkan penomena “ketidakberpihakan pemerintah ke
masyarakat marjinal”, dimana kepemilikan
alat-alat produktif semakin terbatas yang dominan dikuasai oleh penguasa, dan
pemegang kendali pemodal, penguasaan teknologi dan kurangnya keterampilan
masyarakat dalam bersaing memperebutkan secuil peluang, semakin memperpuruk
kondisi masyarakat marjinalitas.
Seiring
kebijakan pemerintah dalam Pembangunan, sebagaimana yang diamanatkan dalam “pembukaan UUD 1945, pada hakekatnya upaya
untuk merealisasikan cita-cita luhur kemerdekaan, yakni untuk memajukan kesejahteraan
umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, sudah sejak pemerintahan Orde Baru,
yang dikenal dengan Trilogi Pembangunan Nasional, dalam artian kegiatan
pembangunan telah dilaksanakan dengan baik oleh beberapa rezim pemerintahan
Indonesia. Namun demikian, harus diakui setelah beberapa kali rezim pemerintahan
berganti, taraf kesejahteraan rakyat Indonesia masih belum maksimal. Pemenuhan
taraf kesejahteraan sosial perlu terus diupayakan mengingat sebagian besar
rakyat Indonesia masih belum mencapai taraf kesejahteraan sosial yang
diinginkannya.Pemenuhan kesejahteraan sosial menjadi isu nasional, dan Internasional. Kebijakan
pembangunan dalam program penanganan terhadap kelompok masyarakat yang
masih pada posisi “Prasejahtera-Miskin” menjadi salah satu indikator
keberhasilan pembangunan. Seperti penanganan masalah kemiskinan, dan korban bencana alam.
Pembangunan dan pertumbuhan ekonomi jelas
mempengaruhi tingkat kemakmuran suatu daerah, namun pembangunan ekonomi
yang sepenuhnya diserahkan pada mekanisme pasar, kenyataannya masyarakat
marjinallah yang sulit melakukan
penyesuaian adaptasi yang pada akhirnya masyrakat kecil yang merasakan kebijakan tersebut, bahkan pengalaman negara
maju dan berkembang seringkali memperlihatkan jika prioritas hanya difokuskan
pada kemajuan ekonomi memang dapat memperlihatkan angka pertumbuan ekonomi.
Namun sering pula gagal menciptakan pemerataan dan menimbulkan kesenjangan sosial. Akhirnya dapat
menimbulkan problem kemiskinan yang crusial. Oleh karenanya penanganan masalah pemerataan
pembangunan harus didekati dari berbagai sisi baik pembangunan ekonomi maupun
kesejahteraan sosial, termasuk menjaga kearifan lokal, dan gotong royong.
Salah
satu issu yang mengglobal diseantero belahan bumi adalah terjadinya disparitas
hasil hasil pembangunan, belum meratanya konstribusi hasil pembangunan sampai
ditingkat bawah, seiring dengan kebijakan pemerintah dalam keberpihakan
pembangunan pada kelompok marjinal berdampak pada stabilitas ekonomi dan politik.
Adanya pengakuan dan perhatian ini menjadikan kebijakan pembangunan yang
berpihak untuk kepentingan masyarakat miskin (pro-poor). Pada akhirnya kemiskinan menjadi urusan semua pihak
utamanya pemerintah, untuk mengangkat mereka mencarikan soslusi ,pekerjaan
(pro-job) pada posisi yang lebih baik,
lebih manusiawi.
Berdasar
pada berbagai catatan tentang masalah kemiskinan tersebut, pemerintah telah
berupaya memadukan berbagai faktor penyebab kemiskinan dan menyusun strategi
penanggulangan kemiskinan yang dituangkan dalam bentuk dokumen kebijakan Strategi Nasional Penanggulangan Kemiskinan secara
holistik memetakan masalah kemiskinan yang ada dan memusatkan strategi pada
lima tonggak pengurangan kemiskinan, yaitu;
1. menciptakan peluang kerja (creating
opportunity),
2. memberdayakan masyarakat (community
empowerment),
3. mengembangkan kemampuan (capacity building),
4. menciptakan perlindungan sosial (social
protection) dan,
5. membina kemitraan global (forging
global partnership).
Tiga
tugas utama yang mesti dilakukan oleh sebuah negara bangsa (nation-state),
yakni pertumbuhan ekonomi (economic
growth), perawatan masyarakat (community care) dan pengembangan manusia (human development).
Fungsi pertumbuhan ekonomi mengacu pada bagaimana melakukan “wirausaha”
(misalnya melalui industrialisasi, penarikan pajak) guna memperoleh pendapatan
finansial yang diperlakukan untuk membiayai kegiatan pembangunan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka dapat
diambil beberapa rumusan masalah
sebagai berikut:
1.
Upaya upaya apa yang
perlu dilakukan pemerintah Kota Palopo, dalam meretas dan mengurangi kemiskinan di Kota Palopo?
2.
Faktor Faktor apa saja yang mempengaruhi
tingkat kemiskinan, khususnya di Kota
Palopo?
3.
Strategi apa yang perlu dikembangkan
dalam Implementasi Pemberdayaan masyarakat untuk mempercepat proses
penanggulangan kemiskinan di Kota Palopo.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan
masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah ;
1. Untuk
mengetahui Kondisi dan langkah – langkah kongkrit
penanggulangan masyarakat Miskin
yang ada di Kota Palopo.
2. Untu
k mengetahui faktor / akses yang berpengaruh terhadap
penanggulangan Kemiskinan Di Kota Palopo
3. Untuk mengetahui relevansi Program kegiatan Khilan- dalam Pemberdayaan masyarakat
di Kota Palopo
II. TINJAUAN PUSTAKA
A.
Pengembangan Kawasan
Menurut Moeljarto, (2007-119), menyebutkan bahwa
pengembangan kawasan (regional Development) secara
konvensional lebih cenderung berorientasi pada pertumbuhan ekonomi, yang
berasumsi bahwa proses pembangunan yang berlangsung
dalam suatu ekuilibrium matriks lokasi
yang terdiri dari beberapa pusat -pusat pertumbuhan (Growth poles) dan daerah penyangga (hinterland), yang bersipat propulsif dan elastis dengan industri-
industri yang lebih sederhana (langging
industries) menimbulkan proses
difusi dan efek tebar yang akan mengakselerasikan proses industrialisasi dan
urbanisasi.
Dari gambaran tersebut, diharapakn
bagi setiap Kabupaten / Kota, untuk mengembangkan kawasan yang berorientasi pada “Pro Job dan Pro Poor”
dalam artian pengembangan industri skala mikro, dapat lebih dominan tumbuh dan
berkembang di daerah, untuk menampung tenaga kerja, membuka lapangan kerja /
lapangan usaha, yang pada akhirnya orientasi pembangunan yang berpihak pada
kelompok marjinal, kelompok masyarakat miskin.
Bahwa dengan potemsi sumber daya alam
yang dimiliki daerah dapat memacu dan membuka ruang yang berpihak pada
suatu tatanan sosial, dalam mengakserasikan kebijakan kebijakan yang
mengutamakan pertumbuhan yang lebih dekat dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat bawah. Penguatan
sinergitas program dari berbagai pihak
(lembaga SKPD) secara sinergis menyusun kegiatan kegiatan pembangunan
infrastruktur pedesaan, karena sesungguhnya potensi modal terpendam ada pada kantong produksi diperdesaan yang
masih perlu campur tangan, sentuhan kebjakan, dan keinginan kuat Pemerintah dalam mengangkat harkat dan
martabat masyarakat yang belum beruntung.
Sentuhan industri rumah tangga (home
industries) merupakan salah satu jawaban dalam meretas kemiskinan yang
menggurita, bahwa dengan effect tebar yang berorientasi pada pertumbuhan melalui
Program Prioritas Pemerintah Kota Palopo. Berupa pengembangan Kawasan Home
Industri Unggulan (Khilan) masyarakat Kota Palopo dapat meningkatkan pendapatan
(income percapita), diharapkan membuka lapangan usaha, dan lapangan kerja serta
meretas tingkat pengganguran dan kemiskinan masyarakat.
1. Potensi
Unggulan Daerah
Potensi Unggulan Kota Palopo, jika
ditinjau dari konstribusi sektor lapangan usaha terhadap pertumbuhan Product
Domestic Ratio Bruto (PDRB) pada kenyataannya masih bertumpu pada sektor
pertanian, Konstribusi sektor ini secara signifikan mengalami penurunan, tapi
sektor perikanan dan kelautan memberikan warna seperti peningkatan produksi
rumput laut Cattonik dan Glacilaria, yang menjadi produk unggulan selain kakao.
Dapat dipahami akhir akhir ini sektor
pertanian (selain sektor perikanan kelautan) mengalami penurunan angka, disebabkan sektor sektor
bidang jasa mengalami pekembangan yang cukup signifikan, seperti sektor perdagangan, perhotelan, Restoran dan
jasa keuangan lebih mendominasi mengingat
posisi Kota Palopo, sebagai pusat pertumbuhan wilayah Propinsi Sulawesi
Selatan Bagian Utara dan daerah transit yang lokasinya sangat strategis dan wilayah
kawasan prioritas strategis cepat tumbuh karena letak wilayah yang strategis menghubungkan antar Provinsi Sulawesi
Selatan dan Provinsi Sulawesi Tengah dan Sulawesi Utara.
2. Pembangunan
Daerah Tertinggal
Pembangunan daerah tertinggal
merupakan bagian dari rencana pembangunan nasional yang berdimensi kewilayahan,
yang lebih ditujukan untuk mengurangi kesenjangan antar daerah tertinggal, yang
mencakup berbagai unsur yang saling melengkapi satu sama lain,meliputi penataan
ruang, pertanahan, perkotaan, perdesaan, ekonomi lokal dan daerah, kawasan
strategis, kawasan perbatasan, daerah tertinggal, kawasan rawan bencana alam (
Kementerian Keuangan- 2012- 131).
Beberapa permasalahan dan tantangan yang dihadapi dalam pembangunan
di daerah tertinggal sebagai berikut;
a.
Pengelolaan
potensi sumber daya lokal dalam pengembangan perekonomian daerah tertinggal
belum optimal, hal ini disebabkan rendahnya kemampuan permodalan, penguasaan
tehnolgi, inpormasi pasar dan investasi dalam produk unggulan daerah, dan
rendahnya kapasitas kelembagaan pemerintah daerah dan masyarakat dalam mengelola sumber daya
lokal.
b.
Kualitas
sumber daya manuisa dan tingkat kesejahteraan masih sangat rendah, antara lain
tercermin dari rendahnya tingkat pendidikan dan ketrampilan angkatan kerja,
rendahnya derajat kesehatan masyarakat dan tingginya tingkat kemiskinan.
c.
Aksebilitas
daerah tertinggal terhadap pusat-pusat pertumbuhan wilayah masih
rendah,khusunya bagi sentra – sentra produksi dan pemasaran karena abelum
didukung oleh sarana dan prasarana amngkutan barang dan penumpang yang sesuai
dengan kebutuhan dan karateristik darrah tertinggal.
d. Dukungan sarana dan prasarana pendukung ekonomi
lainnya masih terbatas, seperti energi listrik, telekomukasi, irigasi dan air
bersih.
Menurut Mudradjat Kuncoro,(2003-51), menyebutkan dalam rangka mengundang investor untuk
menanamkan modalnya di daerah pemerintah daerah harus memperhatikan masalaha
lingkungan fisik, terutama infrastruktur. Salah satu faktor yang mempengaruhi
keputusan lokasi dari investasi sektor swasta adalah daya tarik (attraction)
atau amenity dari suatu daerah, kota. Bentuk daya tarik yang disebut kualitas
hidup beupa fasilitas hiburan, pendidikan, perumahan dan tempat belanja yang
memadai.
3.
Pemberdayaan Masyarakat,
Pendekatan pembangunan dalam konsep
pemebrdayaan, diidentikkan dengan pola kemandirian, partisipatif dengan melalui
pengembangan potensi yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Pemebrdayaan
sebagai konsep sosial budaya yang dapat dimplementasikan dalam pembangunan
sosial, dengan maksud dan tujuan yang dikehendaki menjadikan pembangunan yang berpusat pada
rakyat, penguatan dan pengambilan / penentuan keputusan lahir dari masyarakat
lokal tersebut. Potensi dan kekuatan yang mengakar dalam masyarakat digali dan
dikembangkan yang disesuaikan dengan program kebutuhan pembangunan yang
menyentuh langsung hajat kebutuhan masyarakat setempat. Pemberdayaan (empowering) berati penguatan diri, agar
mereka dapat melangsungkan harkat dan martabat sebagi mahluk sosial, ada
pengakuan, ada tempat dan ruang untuk berperan aktif dala berbagai pembangunan
didaerahnya bukan sebaliknya jadi penonton dinegeri sendiri.
Menurut Ginandjar Kartasassmita (1996-43),
menyebutkan bahwa dalam upaya mewmberdayakan masyarakat dapat dilihat dari 3
sisi, yaitu; (1). Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi
masyarakat berkembang (enabling),
(2).memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat (empowering). Langkah ini memberikan akses dari berbagai peluang (opportunity) yang membuat masyarakat
semakin berdaya. (3).Memberdayakan mengandung makna melindungi, yang mana harus
dicegah yang lemah menjadi semakin lemah, karena kekuaran berdaya dalam
menghadapi kekuatan yang tidak dihindari. Perlindungan dan keberpihakan pada
kelompok masyarakat lemah sangat penting, terutama pasilitas umum dari
pemerintah.
Menurut
Kesi Widjajanti, (2011-15),
bahewa tujuan yang ingin dicapai dalam pemberdayaan adalah untukmembentuk individu dan masyarakat
menjadi mandiri berpikir, bertindak dan mengendalikan apa yang mereka lakukan.
Sasaran utama pemebrdayaan masyarakat adalah mereka yang lemah dan tidak
memiliki daya, kekuatan atau kemmpuan mengakses sumber daya produktif atau
masyarakat yang terpinggirkan dalam pembangunan.
Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk meningkatkan harkat dan
martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi tidak mmampu dalam meleaskan
diri dari belunggu ketidak berdayaan dan kemiskinan, sehingga mereka dapt lebih
mampu dan berbuat sesuai dengan harapan hidupnya.
4.
One Village One Product (OVOP), bahwa untuk mendukung keberlanjutan program Khilan
serta untuk mengantisipasi suatu kondisi masyarakat adar tidak terjadi
persaingan kurang sehat dan saling
mematikan usaha, dalam memproduksi bahan baku Home Industri Khilan oleh
Pemeerintah Kota Palopo, akan melakukan pemetaan perwilayahan komoditas satu
wilayah/kecamatan satu produk, yang sesuai dengan potensi wilayah komoditi .
Hal ini dimaksudkan untuk membuka kantong kantong produksi, sentra sentra
produksi yang berbasis komiditas, sehingga masyarakat pada masing masing
wilayah terpanggil untuk berpartisipasi, dan berusaha meningkatkan
pendapatannya, daan sudah memahami jenis
tanaman apa yang sesuai untuk dikembangkan, apa yang harus dikerjakan, kapan
harus dikerjakan dll, termasuk pihak tenaga penyuluh yang akan memberikan
sosialisasi dan bimbingan dilapangan
sudah dengan jelas siapa yang akan bertugas pada sentra komiditi, dan langkah
langkah apa yang akan dikembangkan.
B.
Definisi Operasional,
1. Kawasan adalah penataan ruang, lokasi / area yang
ditetapkan untuk pengembangan dan penanaman
hasil / potensi sumber daya alam
yang akan dijadikan basis, tanaman
bahan baku kebutuhan home
industri Khilan, yang ada dalam wilayah Kota Palopo.
2. Kawasan Industri, adalah ruang, zona lokasi pusat
proses pengelolaan bahan baku setengah jadi, yang selanjutnya diproses/ secara industri sesuai mekanisme dan prosedur yang diharapkan,
dan akan dijadikan bahan Snack siap saji
3. Home Industri,
adalah salah satu program kegiatan industri rumah tangga, yang
dilakukan sekelompok masyarakat, yang telah dilatih / diberikan ketrampilan
sesuai bakat/ potensi yang dilaksanakan
diwilayahnya, sebagai wujud kepedulian pemerintah untuk memberdayakan masyarakat setempat,
4. Khilan, adalah
salah satu produk (Nama Snack), dari program unggulan
yang dihasilkan melalui industri
rumah tangga, sebagai salah satu langkah dan upaya Pemerintah membuka lapangan usaha dan lapangan
kerja, serta diharapkan dapat meretas,
menanggulangi tingkat kemiskinann yang ada di Kota Palopo.
5. Kemiskinan, adalah
suatu wujud ketidak berdayaan dan kondisi ketidakmampuan masyarakat baik dalam bentuk fisik material
ataupun ketidak berdayaan struktural, yang mengakibatkan tidak mampu
mengakses kehidupan masyarakat yang
lebih baik.
III.
METODE PENELITIAN
Dalam
penelitian ini di harapkan Home industri
Unggulan (Khilan), yang diprogram Pemerintah Kota Palopo, dapat mengangkat citra
dari keterpurukkan masyarakat, dan sekaligus menjadi penguatan sinergi program
berkelanjutan, serta menjadi sarana dalam mencetak pewirausahawan baru
(Intrepreneuship)
Program unggulan Khilan
1. Metode penelitian ini menggunakan,
(1).“Action Research (Penelitian tindakan),
menurut Sugiyono,( 2012- 9), Penelitian
tindakan adalah suatu proses yang
dilalui oleh perorangan atau kelompok
yang menghendaki perubahan dalam situasi tertentu untuk menguji prosedur yang
diperkirakan akan menghasilkan perubahan dan kemudian dapat dipertanggung jawabkan. Penelitisan ini
bertujuan ;
(a)
mengubah situasi, dimana dahulu lahan tidak produktif menjadi
lahan lebih produktif, masyaraakat tidak
memiliki lapangan usaha/lapangan kerja yang jelas, dengan hadirnya program
Khilan, situasi/ kondisi berubah menjadi baik, pertumbuhan
perekonomian semakin meningkat, pendapatan masyarakat bertambah.
(b).mengubah perilaku, dimana sebelum adanya program Khilan
direncanakan / dilaksanakan masyarakat
bermasa bodoh / apatis, malas, kurang produktifitasnya, kurang
bermasyarakat, tidak menghargai waktu, bahwa dengan hadirnya program Khilan,
masyarakat sudah mulai membuka diri, mau kerjasama, berkelompok, berdiskusi
dll, yang pada akhirnya diharapkan
dengan pola kebersamaan dspat merubah pola pikir dan pola perilaku, pola hidup
yang komsumtif mengarah pada pola produktif.
(c).
mengubah iklim kerja/ mekanisme kerja/ organisasi, hal ini dimaksudkan agar
dengan terbentuknya “program Khilan” sebelumnya tidak memiliki ketrampilan/
skill, bekerja secara manual, dengan cara perorangan, maka iklim kerja tidak
memberikan nilai tambah terhadap produksi masyarakat. dengan hadirnya program
Khilam-industri rumah tangga yang fokus terhadap olahan pangan kering dari
bahan baku lokal seperti jagung, rumput laut, ikan, biji nanakang, labu pisang
dll, dapat memberikan niali tambah, yang pada ending program dapat meningkatkan
pendapatan, meningkatkan pertumbuhan ekonomi, dan kesejahteraan masyarakat.
(2).
Analisis Ekonomi Rantai Nilai , yang dimulai dengan
melakukan pemetaan rantai (chain map) atas produk unggulan prioritas yang
tergolong sebagai “ ICON” produk utama, dengan menggambarkannsecara garis besar
tahapan /proses mulai dari infut ( pengadaan bahan baku, jenis –jenis bahan baku
),hingga pemasaran produk aman sampai ke tingkat komsumen (langganan). Dalam
penelitian ini, masing masing item produk diidentifikasi apa saja kekuatan dan
kelemahan /termasuk peluang maupun hambatan.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Profil
Industri Kecil Dan Menengah (Home Industri)
Kondisi usaha kecil yang sipatnya
preematur, baru tumbuh” tentunya memerlukan dan membutuhkan campur tangan (intangible) baik dari pemerintah maupun
kalangan pemegang modal / pengusaha. Peran serta dan kebijakan pemerintah bukan
saja untuk kemudahan pasilitasi permodalan, tetapi yang sangat penting
dalam hal ini bagaimana kemampuan
pembinaan, sehingga usaha kecil skala rumah tangga (home industries) mampu
membuat suatu kondisi yang mendorong / mengakses modal melalui kebijakan / regulasi yang lebih
memihak ke industri rumah tangga.
Menurut Haeruman (2000- 57) bahwa
tantangan bagi dunia usaha, terutama pengembangan Industri Kecil Menengah (IKM),
mencakup aspek:
1)
Peningkatan
kualitas SDM dalam hal manajemen, organisasi dan tehnologi
2)
Kompetensi
Kewirausahaan,
3)
Akses yang
lebih luas terhadap permodal dalam pemasaran produk,
4)
Informasi
pasar yang transparans
5)
Faktor input
produksi penunjang,
6)
Terciptanya
iklim usaha yang sehat,persaingan usaha yang sehat.
Seiring dengan upaya peningkatan
prospek daerah tantangan internal dan
ekternal, yang perlu dan segera mendapatkan penanganan pemerintah daerah,
yaitu;
1.
Percepatan
pertumbuhan ekonomi mikro, yang ditunjang
stabilitas ekonomi daerah yang memadai,
2.
Menciptakan
iklim investasi yang kondusif, dengan
memberikan kemudahan kemudahan investasi, dalam bentuk regulasi perizinan dan
kepastian hukum,
3.
Meningkatkan
daya saing daerah, utamanya komoditi unggulan daerah yang memiliki prospek
pengembangan dan memiliki peluang pangsa
pasar lokal, nasional dan internasional
4.
Meningkatkan
partisipasi swasta dan masyarakat, kaitan dalam program ini diharapkan pihak swasta lokal mengambil
peran dalam mendukung program khilan, agar
percepatan perekonomian daerah dalam membuka lapangan kerja semakin terbuka.
5.
Membangun
program yang berkelanjutan, dalam artian dalam mendukung keberlanjutan program pembangunan daerah, khususnya program
khilan, agar pemerintah daerah mengantisipasi ketersediaan lahan produktif
dalam menjaga kesinambungan bahan baku,
agar tidak menggangu kegiatan
operasinal. (RPMD-2012 Kota Palopo).
Permasalahan yang dihadapi
pemerintah Kota Palopo, dalam upaya pengembangan wirausaha industri skala kecil
(home industries), “Khilan” yaitu baru tahapan mencari dan melatih/ mengkader
wirausaha baru yang diharapkan dikemudian hari menjadi ulet dan tangguh ditengah persaingan
global. Perlu dicermati dalam prekruitan, pembentukan wadah kelompok “Koperasi
Usaha” jangan sampai orang orang (masyarakat) yang terpilih dan telah diberikan pelatihan khusus pembuatan
Snack Khilan, tidak memiliki jiwa semangat entrepreneurship (dunia usaha), yang
apabila hal ini dilakukan maka dipastikan program menjadi salah sasaran, mubasir karena telah
mengeluarkan waktu, tenaga pikiran dan biaya yang cukup besar, dan dalam pelaksanaannya
tidak maksimal, karena jiwanya tidak terpatri/ terpusat dalam pekerjaan tersebut.
Sasaran rekomendasi dalam program ini agar efektif dan efisien, kiranya
orang orang. Masyarakat yang akan dilatih/ diberikan skill usaha, benar benar
yang yang berjiwa wirausaha, dan kedua agar pembinaan dari instansi terkait
dalam pengembangan produk senantiasa memberikan motivasi, sosialisasi akan
prospektif usaha yang sedang dan akan dilanjutkan dikemudian hari.
2. Keunggulan
Program Khilan
Secara umum keunggulan home industri khilan, memiliki asset / piranti spack, peralatan produksi
yang nantinya akan digunakan, dan pada umumnya produk (bahan baku) yang akan
digunakan bersumber dari buatan dalam negeri / lokal yang mudah diganti suku
cadangnya dan tidak perlu diimport, apabila terjadi ausprosesesing dalam
operasionalnya, serta bahan baku yang akan dimamfaatkan dalam menunjang
kegiatan produksi bersumber bahan baku lokal, yang mudah dijumpai, mudah
ditanam / harga terjangkau serta biaya
operasional untuk mengumpulkan hasil panen untuk diproses /diolah dari lokasi
mudah diakses. Dalam pengembangan bahan baku olahan produk nantinya memamfaatkan
lahan tidur / kurang produktif selama ini, atau lahan disamping/ belakang rumah
penduduk yang masih kosong atau bahkan menggunakan wadah “tabulapot” seperti tanaman lombok, umbi-umbian dll.
Untuk mengukur indikator Potensi
Unggulan Daerah pada Program Home Industri Unggulan (Khilan) Kota Palopo,
meliputi’
a.
Tersedianya
bahan baku yang murah dan berkelanjutan, hal ini dapat dicapai dengan pelibatan
SKPD terkait yang ditunjuk
pemerintah sebagai pembina, sebagai koordinator lapangan, dengan jalan
memprogramkan dalam bidang kegiatannya setiap tahunnya. Contoh, bahan baku
singkong, melalui Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura, kerjasama
dengan kelompok tani memprogramkan tanaman tersebut baik pada lahan yang
ditetapkan maupun lahan disamping rumah penduduk.
b.
Sentuhan TTG (Tehnologi
Tepat Guna) yang mudah dan murah, dalam artian warga masyarakat yang ditunujuk,
atau yang berminat dalam usaha tersebut diberikan pelatihan/ skill tata cara pengolahan
snack / makanan ringan, kerjsama Pemerintah kota dengan lembaga Malindo, dimana pemerintah Kota
memprogramkan pelatihan dengan dana APBD / APBN. Sedang lembaga Malindo bersiap
untuk pelatihan bagi masyarakat / tenaga kerja yang telah ditunjuk untuk
mengikuti pelatihan sampai selesai dan sukses.
c.
Produk olahan
Khilan secara tehnis dan dari sisi kesehatan nantinya akan mendapatkan pengakuan layak komsumsi/ hygiene harus
melalui pengujian laboratorium / BPOM Depkes, sehingga snack khilan layak jual dan
aman di komsumsi.
d.
Bahwa dengan
teralisirnya program KHILAN, dapat menciptakan lapangan usaha/ lapangan kerja
utamanya kaum gender, dan para pengangguran.
e.
Bahwa dari
hasil purna jual (lokal dan nasional), dapat memberikan konstribusi positif
bagi peningkatan PAD Kota Palopo. (Bahan pemaparan Direktur Malindo, didepan Para Muspida dan SKPD se Kota Palopo,
2013)
3.
Kondisi Kemiskinan Kota Palopo
Masalah kemiskinan di Kota Palopo,
mungkin mengalami hal yang serupa pada beberapa daerah Kabupaten/ Kota sebagai isu sentral,
terutama setelah dilanda krisis
multidimensional. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS)-2012.
menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin di Kota Palopo, mencapai 9.425 jiwa
dari jumlah penduduk sebesar 179.721 jiwa, sedang kondisi rumah dan lingkungan
yang tidak layak berkisar 2.039 rumah, data miskin ini, sebagai penerima beras
raskin maupun dalam bentuk bantuan lainnya. Atas data tersebut maka presentase
masyarakat miskin Kota Palopo mencapai 5,2 persen.
Berdasar
pada beberapa tinjauan pemaknaan tentang kemiskinan. Maka kemiskinan dapat
didefinisikan sebagai sebuah konsep baru dan fenomena yang bersifat
multidimensional. Sehingga kemiskinan dapat diklasifikasikan pada beberapa
ciri, yaitu;
1. ketidakmampuan
memenuhi kebutuhan konsumsi dasar (sandang, pangan dan papan),
2. ketiadaan
dan keterbatasan akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya (kesehatan,
pendidikan, sanitasi, air bersih dan transportasi),
3. ketiadaan
jaminan masa depan (tidak memiliki investasi untuk pendidikan keluarga),
kerentanan terhadap goncangan yang bersifat individu maupun masyarakat,
4. rendahnya
kualitas SDM dan keterbatasan sumber alam, ketidakterlibatan dalam kegiatan
sosial masyarakat,
5. ketiadaan
akses terhadap lapangan kerja dan mata pencaharian yang berkesinambungan,
6. kondisi
fisik yang cacat (menyebabkan
ketidakmampuan untuk berusaha),
7. ketidakmampuan
dan ketidakberuntungan sosial seperti; anak terlantar,
8. wanita
korban kekerasan dalam rumah tangga, janda miskin, kelompok marjinal dan
terpencil.
Secara
ekonomi, kemiskinan dapat didefinisikan sebagai kekurangan sumberdaya yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan
hidup dan meningkatkan kesejahteraan sekelompok orang. Sumberdaya dalam konteks
ini menyangkut tidak hanya aspek finansial melainkan pula semua jenis kekayaan
yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam arti luas. Berdasarkan
pada konsepsi tersebut, maka kemiskinan dapat diukur secara langsung dengan
menetapkan persediaan sumberdaya yang dimiliki melalui penggunaan standar baku
yang dikenal dengan garis kemiskinan (poverty line).
4. Langkah-langkah Penanggulangan Kemiskinan
Terdapat berbagai program pemerintah yang ditujukan
untuk mengentaskan penyandang masalah kemiskinan. Secara umum ada 5 hal pokok
/urgent permasalahan pokok yang harus
ditangani antara lain: (a) masalah kemiskinan, (b) kecacatan, (c) ketunaan, (d)
keterlantaran dan (5) korban bencana baik alam dan sosial. Masalah kemiskinan
adalah masalah yang paling urgent.
Kemiskinan
merupakan akar dari semua masalah sosial. Akar dari masalah pembangunan bangsa.
Oleh karena itu selaras dengan prioritas dan kesepakatan dunia yang diuangkan
dalam Program MDGS (Milineum Development
Goals) maka salah yang perlu dan segera mendapatkan penanganan pemerintah yaitu
bidang penanggulangan kemiskinan.
Menurut
Mudradjat (2004- 153), ada beberapa bidang yang dpat diakses mashyarakat dalam
menanggulangi kemiskinan, yaitu:
a. Akses
bidang ekonomi, meliputi kemudahan akses terhadap lapangan kerja, yaitu tingkat kesempatan kerja merupakan ratio
antara jumlah penduduk yang bekerja terhadap jumlah angkatan kerja.Lowongan
kerja merupakan refleksi tingkat penyerapan terhadap angkatan kerja.
b. Akses
terhadap paktor produksi, yaitu kemudahan masyarakat dalam mengakses modal
usaha, hal ini dapat dilihat dari ketersediaan lembaga keuangan, perbankan,
BPR, Koperasi simpan Pinjam tersedia sampai ditingkat kecamatan. Dalam artian
semakin tinggi nilai presentase dari ketiadaan sarana permodalan semakin rendah
akses masyarakat terhdap sumber permodalan di wilayahnya.
c. Akses
pasar, yaitu kemudahan masyarakat dalam mengakses pasar, semakin mudah
dan cepat terjadinya transaksi pembeli dan penjual dan pembelian barang
dan jasa, dihitung berdasarkan
persentase kecamatan yang tidak memiliki pasar dari total kecamatan yang ada.
d. Kepemilikan
aset, dimaksudkan segala sesuatu yang dapat dimamfaatkan sebagai pendukung kegiatan usaha, seperti
tanah,warung, toko/kios, bengkel dll.
e. Akses
bidang pendidikan dan akses bidamng kesehatan, dimaksudkan kemudahan masyarakat
mengikuti program wajib belajar 9 tahun. Dan ketersediaan fasilitas pendidikan
(SD/MI sampai SLTA ) yang tersedia disetiap kecamatan., sedang kemudahan akss
kesehatan dimaksudkan tingkat sebaran tingkat penyediaan layanan publik berupa
pasilitas kesehatan, yang tersedia mulai dari tinhkat kelurana / desa sampai
fasilitas memadai ditingkat kabupaten /kota.
Upaya penanggulangan kemiskinan yang dilakukan oleh
pemerintah menunjukkan bahwa terdapat itikad untuk mengemas penanganan masalah kemiskinan
ini secara sistematis sesuai dengan kaidah-kaidah keilmuan dan profesinalisme.
Disadari betapa kompleksnya permasalahan sosial baik secara kualitas maupun
kuantitas sehingga dalam penanganannya, tidak hanya mengandalkan rasa belas
kasihan semata, namun perlu diarahkan secara sistematis, profesional dan
berkesinambungan. Selanjutnya harus diikuti dengan langkah pemberdayaan dalam penanganan
kemiskinan guna memperkuat keberfungsian sosial seseorang.
Menurut
Mudradjat K (2003-159), Strategi penanggulangan kemiskinan di Indonesia, baik
yang dilakukan pemerintah maupun bantuan donor, program pemerintah meliputi
program IDT (Inpres Desa tertinggal) P2SDT, PPk, P2KP, PDMDKE, PSEM, PNPM dll.
Sebagai wujud kepedulian pemerintah dalam UU Nomor 25 tahun 2000, tentang
Program Pembangunan Nasional (Propenas) dengan tegas sasaran yang hendak
dicapai dalam 5 tahun kedepan adalah berkurangnya jumlah penduduk miskin
absolut sebesar 4 % dari tingkat total kemiskinan, yang salah satu langkah
strategis pemerintah adalah kegiatan Program penanggulangan kemiskinan
Perkotaan (P2KP).
Adapun
konteks keterberdayaan itu dapat mencakup;
1. Perubahan
sikap, hal ini dimaksudkan agar masyarakat miskin didorong, dibimbing dan
dibantu kearah perilaku yang normatif
bukan merendahkan diri, dan apatis.
2. Peningkatan
partisipasi sosial, masyarakat yang merupakan sasaran kebijakan pengentasan kemiskinan, agar turut serta berpartisipasi, bukan saja dalam
hal mengambil keputusan-keputusan, akan tetapi dapat tampil dalam hal merumuskan keputusantentang masa
depanya sendiri, Sehingga arah pembangunan menjadi berpihak pada masyarakat khususnya
masyarakat miskin
3. Peningkatan
solidaritas sosial, dimkasudkan tercipta
pola pemberdayaan masyarakat yang mampu
menciptakan suatu kondisi antara individu/kelompok
yang didasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama serta
diperkuat oleh pengalaman emosional bersama,
4. Peningkatan ekonomi kerakyatan, dimana warga masyarakat, melalui pola pendekatan
pemberdayaan diharapkan terjadi
peningkatan kondisi ekonomi dan peningkatan pendapatan warga miskin,
5. Peningkatan
pelaksanaan fungsi-fungsi keluarga miskin, lembaga keluarga miskin adalah juga
sasaran pokok dalam pengentasan kemiskinan yang tujuannya untuk mengembalikan
fungsi keluarga yang diharapkan, dimana fungsi ini semakin memudar seiring
dengan ketidakmampuan menampilkan fungsi sosial warga miskin.
6. Perubahan
orientasi nilai budaya, dari keseluruhan aspek pemberdayaan dalam rangka pengentasan
kemiskinan, maka perubahan orientasi nilai budaya menjadi muaranya yang
tentunya memerlukan proses yang tidak mudah. Perubahan dari kisifat warga miskin seperti, apatis, malas,
masa bodoh, menghalalkan segala cara, menuju pada orientasi nilai budaya yang
prososial menjadi tujuan utama pada pengentasan kemiskinan.
Menurut Moeljarto
Tjokrowinomto,2004, 118, menyebutkan bahwa untuk menanggulangi kemiskinan
faktor yang menetukan adalah kebijaksanaan yang dipilih (policy choice) dan strategi yang diterapkan. Yang dimaksudkan kebijaksanaan ekonomi makro yang berorientasi
pada pertumbuhan yang mewujudkan pemerataan dan penanggulangan kemiskinan
melalui efek tetesan (trickle down effect)
terhadap masalah kemiskinan, baik yang ingin dicapai melalui strategi
karitas dalam konteks delivered
development melalui strategi pemebrdayaan dan pemampuan.
Program Khilan yang merupaka salah
satu program unggulan prioritas yang
digagas oleh Pemerintah Kota Palopo, diharapkan dapat memberikan solusi
dalam membuka lapangan kerja, mengentaskan kemiskinan yang cukup tinggi. Dalam
program Khilan nantinya agar tercipta kesempatan dan kemandirian dalam beberapa
hal;
a) Masyarakat yang selama ini belum mempunyai
lapangan kerja tetap / permananet, dengan kehadiran program ini, mereka telah
mempunyai kegiatan ekonomi produktif sehingga kebutuhannya hidup dan kehidupan
dalam membiayai dan meningkatkan kapasitas ekonominya.
b) Dengan waadah
pemberdayaan kelompok yang mereka
bentuk sesuai dengan potensi komiditi, lebih mudah untuk berinteraksi, karena
dengan kelompok ini mudah
mengakses modal, dan saling memberi,
maupun pembinaan untuk lebih kuat
dan mandiri.
c) Secara
positif program kegiatan khilan, diharapkan mampu menampung, menyiapkan dan mengurangi
tingkat pengangguran, dan meretas / mengurangi angka kemiskinan. yang pada
akhirnya dapat memberikan solusi positif, nilai tambah (Value added) membantu memulihkan kondisi masyarakat dari kondisi yang
kurang beruntung menjadi suatu masyarakat yang sejahtera lahir bathin.
V.
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Salah satu upaya dan langkah kongkrit
Pemerintah dalam membuka ruang kerja, dan mengurangi angka populasi Kemiskinan khususnya masyarakat Kota Palopo
melalui;
1. Bahwa
melalui kebijakan “Pro Poor, Pro Job “ Menata dan mengembangkan Program
kegiatan home industri khilan, berbasis
kerajinan industri rumah tangga dengan pelibatan unsur pemerintah
(instansi terkait) sebagai instansi pembina, pelibatan tokoh masyarakat, tokoh
pemuda dan tokoh wanita, kelompok kelompok sosial dll, sebagai salahsatu
langkah membuka akses lapangan usaha dan lapangan kerja di daerah.
2. Bahwa
melalui pola pendekatan pemberdayaan kelompok usaha, mereka terpanggil untuk
sungguh- sungguh melakukan dan menerapkan ilmu / ketrampilan yang telah diterima
melalui pelatihan, saling bahu membahu, saling membantu dalam meningkatkan
produk dan sekaligus meningkatkan pendapatan (income percapita).
3. Bahwa
keberhasilan program khilan, harus
ditunjang ketersediaan bahan baku secara berkelanjutan. Dengan memaksimalkan
kawasan / lahan masyarakat sesuai potensi unggulan komiditi lokal.
4. Sejalan dengan itu diperlukan kajian dan pendekatan akademik, secara mendalam dan menyeluruh, yang meliputi aspek-aspek yang berkaitan, kekuatan,
peluang, dengan memperkuat potensi lokal
sebagai unsur penggerak , skill/ ketrampilan, modal kerja, peralatan, maupun peluang
pengembangan usaha industri rumah tangga, termasuk dalam hal hambatan dan tantangan, baik dari segi
tehnis maupun non tehnis,
5. Melalui semangat pembaharuan dan partisipasi
aktif masyarakat sebagai bagian dari sistem sosial serta kepedulian pemerintah
seluruh unsur berkepentingan /staholders untuk mengambil peran, dalam
mewujudkan program prioritas, menjadikan program khilan sebagai “ ICON- BRANDS Kota Palopo”
B. SARAN
1.
Untuk
mempercepat prosesing penanggulangan kemiskinan khususnya masyarakat di Kota
Palopo, dipandang perlu pemerintah
memberikan peluang dan akses
kemudahan melalui pendekatan
pemberdayaan, untuk berperan aktif, dalam berbagai sektor pembangunan,
2.
Bahwa
untuk berkelanjutan program kegiatan home industri Khilan, diperlukan kebijakan pemerintah untuk
mempersiapkan lahan/ lokasi ,dalam menunjang ketersediaan dan keberlanjutan
operasional.
3.
Bahwa
dalam mempercepat proses alih tehnogi, dalam pengembangan home industri khilan ,
disarankan agar masyarakat diberikan pelatihan/ skill, ketrampilan serta
didukung peralatan, dan modal kerja, yang berkaitan dengan produk yang akan dikembangkan.
0 komentar:
Posting Komentar